Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelecehan Seksual, Penyakit Mental yang Harus Disembuhkan

14 Juni 2021   20:54 Diperbarui: 14 Juni 2021   23:00 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Topeng monyet (disk.mediaindonesia.com)

Pelecehan seksual, saya rasa kasusnya terbanyak terjadi di daerah perkotaan. Di sana, berbagai sudut kehidupan terasa sumpek dan pengap. Jalanan yang macet, pemukiman padat penduduk, tingginya jumlah pengangguran dan sebagainya.

Bagi sebagian orang yang mempunyai "garis tangan" untuk hidup enak, kota besar bukanlah persoalan sulit untuk ditaklukkan. Tapi banyaknya manusia yang nekad mengadu nasib, minim keterampilan dan rela hidup menjadi kaum urban, menimbulkan berbagai masalah sosial itu sendiri. Salah satunya adalah pelecehan seksual!

Dikutip dari Kompas.com Mengenal 5 Jenis Pelecehan Seksual Termasuk Komentar Cabul dan  Penyuapan, psikolog klinis dewasa, Tiara Puspita, M.Psi. mengatakan, pelecehan seksual merupakan perilaku, ucapan, isyarat atau pendekatan terkait seks yang tidak diinginkan oleh salah satu pihak. 

Bisa dipahami di sini tentang adanya unsur paksaan sampai kekerasan sehingga menimbulkan perasaan traumatis bagi korbannya.

Melihat seberapa parahnya, hal ini tidak bisa diselesaikan oleh penegak hukum semata. Melainkan sudah menjadi persoalan dan tanggung jawab bersama.

Lalu, apa yang kamu lakukan untuk menolong korban pelecehan seksual? 

Pelecehan seksual tidak terbukti didominasi korban berpakaian minim (via kompas.com)
Pelecehan seksual tidak terbukti didominasi korban berpakaian minim (via kompas.com)
Saya pribadi, menganalogikan hal ini seperti anak kecil yang merasa terkejut dan menangis ketakutan karena dipeluk oleh topeng monyet. 

Walau kasusnya jauh berbeda, saya melihat adanya beban mental dan spirit yang musnah, setelah kejadian ini. 

Yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan moral seperti:

1. Membuat korban merasa nyaman

Nyaman di sini menitikberatkan pada perasaan. Menghindarkan ia dari rasa takut, terpojok bahkan tersisih. Bukankah nasi sudah menjadi bubur? 

Bersikap negatip seperti menunjukkan rasa kecewa dan mengadili, hanya akan menambah rasa putus asa bagi si korban. Padahal, matahari masih akan bersinar, dan hidup masih akan terus berlangsung.

2. Berikan kalimat dukungan

Maksudnya, kita bertindak sebagai sahabat yang memberikan empati murni. Hindari pernyataan yang memojokkan korban seperti: kok kamu tidak melawan?

Ini terkesan menyalahkan, bukan? Padahal, bila kondisi memungkinkan, ia pasti melakukan perlawanan sekuat tenaga. Ia akan membela kehormatan dirinya mati-matian!

3. Menunjukkan rasa percaya padanya

Setelah kejadian yang sangat tidak diharapkan korban, percayalah, ia sangat membutuhkan rasa percaya orang-orang di sekitarnya. 

Bagaimana ia akan meraih hari-hari ke depan, bila ia merasa dianggap membual, halu dan bahkan aib bagi komunitas.

Mari memperlakukan korban pelecehan seksual dengan mengibarat ia adalah bagian dari keluarga kita. 

Nasib seperti ini, adalah mimpi buruk yang paling disesali. Sangat tidak adil, bila kita melakukan victim blaming, bukan?

Topeng monyet (disk.mediaindonesia.com)
Topeng monyet (disk.mediaindonesia.com)
Seorang anak kecil yang dipeluk oleh topeng monyet, jika setelah kejadian, diperlakukan dengan penuh kasih sayang, mampu melupakan kejadian menakutkan dengan lebih cepat. Ia sadar kehadirannya "berarti" bagi ayah dan ibunya. Tangisnya pun, cepat mereda tanpa sesunggukan.

Pengalaman seorang teman

Sepuluh tahun yang lalu, saya mendapat telepon dari seorang sahabat semasa di rantau. Jauh-jauh, hanya untuk mengabarkan ia telah mendapat pelecehan seksual di perjalanan antar kota Palu-Tolitoli. Ia tak mendapatkan tamu bulanan, bahkan di masa saat ia berusaha "menerima" kejadian tidak mengenakkan yang menghantui.

Jelas saya sangat terkejut. Apalagi ia merasa dirinya kotor dan akan mendapat penghakiman saat keluarga mengetahui. Saya dapat membayangkan kepanikan hatinya saat itu. Sahabat yang telah berada jauh seperti saya pun, dipilih untuk berkeluh-kesah.

Menurut hemat saya, pelecehan seksual tak ubahnya sebuah penyakit mental. Keberadaannya sangat nyata di masyarakat. Merugikan masa depan pihak lain begitu rupa. Solusi kebiri kimia, hanya menjadi polemik semata tanpa solusi lebih lanjut.

Bagaimanakah cara mencegah pelecehan ini?

Saya punya beberapa saran:

1. Pergi bersama mahram

Didampingi pasangan (via kompas.com)
Didampingi pasangan (via kompas.com)
Sesuatu yang kerap abai, sebab dewasa ini para wanita mempunyai keterampilan membawa kendaraan sendiri. Baik motor maupun mobil. 

Pandangan "aman-aman saja" saat bepergian di siang hari melewati jalan-jalan ramai, nyatanya sudah tidak bisa dijadikan patokan. Kejahatan ada dimana-mana dengan modus yang tidak disangka-sangka.

Saya, saat suami libur atau off kerja, pergi ke pasar atau warung saja, sampai diantar. Mulanya saya merasa ini berlebihan. Namun lambat laun saya memahami maksud dan tujuan suami.

2. Hindari menarik perhatian

Cantik, seksi, berpakaian terbuka atau berhijab, tidak menjadi pemicu otomatis kejahatan pelecehan seksual.

Menarik perhatian, artinya pelaku menangkap sinyal "undangan". 

Berada sendirian di area sepi, beraktivitas di toilet umum, termasuk berganti pakaian di sanggar senam, dapat menjadi ide bagi pelaku.

Konser musik (via kompas.com)
Konser musik (via kompas.com)
Sebagian kasus lainnya, miris justru terjadi di tempat ramai dimana banyak saksi mata. 

Bawah panggung konser musik, stasiun kereta api, atau di pusat-pusat perbelanjaan.

Penyakit mental harus disembuhkan

Jika sudah menggandeng pengertian "penyakit", artinya ada obat dan ada pilihan untuk sembuh.

Saya optimis, penyakit seperti ini dapat digiring menuju kesembuhan. Asal, ditangani secara serius dan berkesinambungan.

Kuncinya, pelaku mempunyai niat dan tekad secara luar biasa. Kembali kepada jalan Allah swt. Pikirkan dan lakukan hal-hal positip. Atasi segala keluhan dan permasalahan psikologis yang dialami. Kerahkan kekuatan dan dukungan orang-orang terdekat. Berdamai dengan diri dan keadaan. Pahami makna hidup sesungguhnya.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun