Kemungkinan lain yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kita, sahabat tersebut mungkin sedang sakit, sibuk, atau baru saja kehilangan ponselnya. Wajar kan, kalau sekilas ia terlihat mengabaikan kita? Daripada mikir tak karuan, lebih baik mencari sahabat tersebut sampai ke lubang semut, ya ngga? Eh.
Andai kata sahabat yang masih kita butuhkan ini, benar memblokir arus komunikasi pun, tak masalah! Mungkin ia butuh mengisolir diri dari kita yang tanpa sengaja menyakitinya. Bila sudah siap, mungkin ia akan datang sendiri untuk memperbaiki keadaan.
Bila ini terjadi, kita hanya perlu mendengarkan keluhannya, dan berbesar hati memulai kata maaf. Bukankah persahabatan juga penuh liku dan warna?
Percayalah, jika ditakdirkan ia menjadi sahabat kita, maka ia akan tulus tanpa perlu hilang tertiup angin. Ia akan tetap ada untuk mendukung kemajuan kita, sahabatnya.
Jangan lupa, kita masih mempunyai keluarga, pasangan dan anak-anak yang mencintai kita apa adanya. Jadi tak ada alasan untuk sedih berlarut-larut demi seseorang yang telah berlalu.
Sosok sahabat ada untuk mendukung kita melompat lebih tinggi. Tapi tanpa dia, hidup kita tak akan berhenti di sini. Semangat saja, bahwa akan datang sahabat yang baru di hari yang tepat.
Salam hangat, Ayra Amirah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H