Tentu dengan beban kejenuhan yang berkurang, pikiran akan jauh lebih fresh, konsentrasi meningkat, dan mood membaik. Dengan sendirinya produktifitas kerja dapat ditingkatkan. Hasil kerja jauh lebih optimal. Percaya, bukan?
3. Timbul ide baru yang bermanfaat
Pada gilirannya, suasana hati yang nyaman serta tubuh yang rileks, akan membuka pikiran dan memunculkan ide-ide baru yang segar dan bermanfaat. Mungkin saja akan membawa kebaikan bagi peningkatan hasil kinerja karyawan. Juga akan menjauhkan dari stres, pastinya.
4. Mempunyai lebih banyak waktu
Tidak dipungkiri, mencintai diri sendiri adalah wujud dari rasa syukur. Antara lain dengan memberi kesempatan pada diri sendiri untuk bersantai lebih ekstra. Termasuk menyenangkan anggota keluarga dengan meningkatkan kualitas pertemuan (quality time)
Atau, kesempatan ini juga dapat digunakan untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga dan kerabat. Biasanya bertepatan dengan momen mudik lebaran.
Nah, jika sudah sepakat dan berpikir untuk mengambil cuti, ketahui pula etika cuti atau izin kerja yang baik. Tujuannya, bos atau pimpinan perusahaan dapat menerima pengajuan cuti atau izin kerja dengan mempertimbangkan sekalipun posisi kita digantikan rekan lain, atau tetap kosong, mobilitas kantor atau perusahaan, dapat tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Etika tersebut antara lain:
1. Mengajukan permohonan cuti tidak secara mendadak. Â Biasanya waktu yang ditentukan adalah dua minggu sebelum tanggal dimaksud. Tujuannya agar segala sesuatunya dapat diatur sedemikian rupa. Persiapan pun dapat dilakukan sebelumnya.
2. Menyelesaikan tanggung jawab utama, agar tidak menyulitkan rekan pengganti. Tugas-tugas lain dikerjakan secara bertahap agar tidak menumpuk saat karyawan menghabiskan masa cutinya.
3. Membersihkan ruangan dan membereskan berkas/file kantor. Ketika karyawan masuk kerja kembali, tidak menemukan kondisi berantakan yang akan menimbulkan stres baru.