Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudahkah Nilai-Nilai Pancasila Kita Terapkan pada Anak?

1 Juni 2021   15:02 Diperbarui: 1 Juni 2021   15:37 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak kita adalah tunas bangsa, calon penerus kepemimpinan yang ada sekarang. Sebagai orang tua kita berupaya membangun jiwanya, membangun badannya, untuk Indonesia.

Lalu apa bekal yang akan mereka bawa? Pancasila, tentu. 

Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari kata panca yang artinya lima; dan sila yang artinya dasar, sendi, asas, atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik .

Pancasila adalah falsafah bangsa, ideologi dan dasar negara. Di dalamnya mencakup sendi-sendi yang saling menguatkan.

Pancasila mengandung 36 butir dan disimbolkan dalam wujud burung Garuda. Di dadanya terdapat lima sila dengan simbol gambar masing-masing. Sementara kedua kaki mencengkeram pita bertuliskan Bhinneka Tinggal Ika, semboyan bangsa Indonesia.

Tapi, sudah setahun sejak pandemi berlangsung, selama itu pula anak-anak kita absen mengikuti kegiatan upacara bendera pada senin pagi. Lalu, apakah mereka masih mengingat kelima sila tersebut?

Sulung saya, kelas 6 SD, ternyata terbata melafalkannya.

Harus saya akui, anak-anak mempunyai memori atau daya ingat yang baik. Tetapi tanpa sebuah pembiasaan, wajar mereka menjadi lupa, bukan?

Syukurlah, saat mencoba melafalkan yang ketiga kali, sulung saya sudah lancar menyebutkan, tanpa saya bantu sedikit pun.

Dan inilah cara saya mengajarkan sekaligus menerapkan nilai-nilai Pancasila pada anak:

Sila pertama, Ketuhanan yang mahaesa

Salah satu butir sila pertama Pancasila menyebutkan percaya dan takwa kepada Tuhan yang mahaesa. Artinya kita harus mempunyai kehidupan beragama. 

Sebagai umat muslim, contohnya mengerjakan sholat, membaca al quran, berpuasa dan membayar zakat. 

Jika hal ini diajarkan dan diterapkan, oke ceklis.

Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab

Saling mencintai sesama manusia. Penerapan paling sederhana adalah bagaimana anak-anak di rumah dapat bermain secara rukun dan tidak bertengkar. Mau berbagi sepiring kue bersama, saling meminjamkan mainan; artinya mereka saling mencintai, bukan? 

Sila ketiga, Persatuan Indonesia

Salah satu butirnya, menurut Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) berbunyi: sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara serta bangsa apabila diperlukan.

Hal ini mudah diterjemahkan sebagai keputusan sekaligus pilihan terhadap jalan hidup untuk menjadi anggota militer, tentara atau angkatan laut, misalnya. 

Namun, bagi anak-anak di rumah, mereka harus dapat menjaga persatuan, kesatuan serta solidaritas kakak beradik. Tidak bermusuh-musuhan atau berpecah-belah. Saling mendukung dan bahu-membahu. Meski, dalam beberapa situasi pertengkaran di antara mereka menjadi tak terhindarkan. Tetapi mereka harus segera solid kembali.

Sila ke empat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Demikian salah satu butir di sana.

Contoh dalam kehidupan bersama anak-anak, kita dapat meminta pendapat serta mengajak mereka bermufakat. 

Misalnya untuk menentukan lokasi berlibur saat kenaikan kelas. Orang tua mempunyai beberapa opsi. Lalu anak-anak memberikan suara atau keinginannya. Dengan catatan, setiap individu dapat menerima hasil permufakatan secara baik.

Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dua di antara butir sila kelima Pancasila, menyebutkan: suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan; serta menghormati hak orang lain.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari bersama anak-anak adalah membagi tugas menyelesaikan pekerjaan rumah. 

Misal: anak pertama mencuci piring, anak kedua menyapu lantai, dan anak ketiga menyiram bunga di halaman. Suasana gotong-royong dilaksanakan dengan senang hati. 

Sahabat Pembaca, tentunya hal-hal yang diterapkan kepada anak-anak, semua melalui proses, tahap dan tak bisa sim salabim.

Kesabaran orang tua, ketekunan dan semangat membimbing tunas bangsa semoga mengantarkan anak-anak kita menjadi manusia yang berguna. Pribadi yang patriotik, berintegritas dan cinta tanah air.

Salam hangat, Ayra Amirah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun