Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pernah Lihat Pohon Loa? Saya Pernah!

26 Mei 2021   15:31 Diperbarui: 26 Mei 2021   18:38 7560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bonsai Loa berbuah (sumber gambar: 1.bp.blogspot.com)

Indonesia, kaya akan keanekaragaman hayati. Begitu membuka bab pohon, ada begitu banyak yang terdaftar. Beberapa di antaranya mungkin pernah kita lihat secara langsung.

Pengalaman ini, khususnya saat saya mengamati jenis pohon apa sajakah yang tumbuh di sekitar rumah tinggal kami? Kebetulan lokasinya berada di bawah bukit di pinggir hutan.

Artikel terkait Rumahku di Pinggir Hutan

Melihat pohon yang menarik di perjalanan

Yang terbaru, saat saya menemani suami mencari alamat rumah seseorang. Ternyata daerah yang dituju adalah sebuah jalan kampung yang belum padat penduduk. Terdapat semak rumput dan pohon-pohon kebun. Kondisi jalan juga becek tak karuan.

Dalam perjalanan pulang, barulah saya melihat pohon yang menarik perhatian. Sebab tadinya sibuk memperhatikan nomor di tiap rumah. 

Saya pun minta turun dari boncengan. Suami sudah maklum. Pasti saya ingin mengambil gambar, lagi.

Saat melihat pohon ini, saya teringat pohon serupa yang pernah diceritakan kompasianer Siti Nazarotin tentang buah Kepel, dapat dibaca di sini. 

Apakah ini adalah pohon dimaksud? Kalau bukan, pohon apakah gerangan ini? demikian bisik hati saya saat itu.

Rasa penasaran itu pun saya bawa pulang. Menunggu datangnya "kesempatan" untuk mencari informasi ensiklopedia. Dan mengintip lagi artikel Mbak Nazar. 

Wah, ternyata sama sekali berbeda!

Perkenalkan, namanya "Loa"

Ficus racemosa (nama binomial) atau ficus glomerata Roxb (sinonim) merupakan jenis tanaman dalam keluarga Moraceae. 

Dalam bahasa Sunda, pohon ini disebut loa, dan dalam bahasa Jawa disebut elo atau ara alias beringin.

Pohon loa dikenal pula sebagai Cluster Fig Tree atau Goolar (gular) berasal dari Australia, Malesia, Asia Tenggara dan India. 

Di Indonesia, pohon loa banyak dijumpai di daerah hutan tropis, termasuk pula di tepi rawa dan sungai. Itulah mengapa pohon loa dapat menyimpan banyak sekali air.

Pohon Loa unik

Pohon loa mempunyai banyak sekali keunikan, antara lain:

1. Penampilan batang, cabang dan ranting yang dipenuhi buahnya.

Batang pohon dipenuhi buah Loa (dokpri)
Batang pohon dipenuhi buah Loa (dokpri)
2. Pohon loa yang tumbuh di alam bebas, diameter batangnya bisa mencapai 5 meter dan tinggi pohon mencapai 17 meter.

Batang utama, kadang mengeluarkan akar gantung. Terkadang pula berbentuk pipih sehingga menimbulkan kesan angker. 

Getah pohon tidak bersifat racun, berwarna putih susu.

3. Buah Loa yang sudah masak, rasanya manis asam. Cocok untuk buah rujakan.

4. Perbanyakan pohon ini bisa dengan cara di stek, cangkok maupun biji. 

Pohon loa tidak terlalu banyak menuntut media tanam tertentu, bisa ditanam dalam kondisi tanah yang bagaimanapun. Dengan catatan, bagian akar tidak tergenangi air yang akan membuat busuk akar.

Manfaat pohon loa

Karena sifat dan keunikannya, pohon loa banyak dimanfaatkan sebagai:

1. tanaman rindang halaman

Pohon loa mempunyai banyak cabang dan ranting yang dipenuhi daun. Itulah mengapa pohon loa sangat rindang. Malah, harus sering dipangkas bila dijadikan pohon peneduh halaman.

2. penahan longsor dan banjir

Sifat pohon loa yang bisa tumbuh dengan cepat dengan akar yang sangat proporsional, dapat dimanfaatkan sebagai penahan beban tanah yang kurang stabil. Dengan kata lain pohon loa bermanfaat sebagai penahan longsor.

3. bakalan bonsai

Bonsai Loa berbuah (sumber gambar: 1.bp.blogspot.com)
Bonsai Loa berbuah (sumber gambar: 1.bp.blogspot.com)
Bonsai loa, sangat populer dikalangan pecinta bonsai tanah air. Harganya bisa mencapai jutaan bahkan puluhan juta rupiah, jika memiliki kriteria bonsai loa yang baik.

Sebagai bonsai dalam pot, loa menghendaki tanah dengan drainase baik dan selalu lembap. Kekeringan selama 3 hari, dapat menyebabkan bonsai loa perlahan mati.

Selain itu, pohon Loa juga dapat mati karena tanah yang becek, kurang sinar matahari, serta kutu putih.

4. dibuat asinan, di negara Vietnam sana

Di Vietnam, buah loa dinikmati sebagai asinan gurih.

Di Vietnam, buah Loa dibuat asinan gurih (sumber gambar: vaobepcungban.org)
Di Vietnam, buah Loa dibuat asinan gurih (sumber gambar: vaobepcungban.org)
Di Indonesia, buah loa dimakan sebagai sayuran setelah bijinya dibuang. Yaitu ditumis dan kari.

Sebagian masyarakat sunda tradisional, memakan buah loa yang masih muda sebagai lalapan.

Di India, buah loa adalah makanan favorit kera pada umumnya. Selain itu, pohon ini merupakan tumbuhan konsumsi/makanan bagi burung, kelelawar, dan kupu-kupu gagak bermerek ganda ( Euploea sylvester ) dari Australia utara.

Kupu-kupu gagak bermerek ganda (sumber foto: wikiwand.com)
Kupu-kupu gagak bermerek ganda (sumber foto: wikiwand.com)

5. potensial sebagai anti HIV

Buah ara (sumber gambar: bola.com)
Buah ara (sumber gambar: bola.com)
Menurut penelitian dosen Unair, ekstrak batang dari golongan ficus glomerate dan ficus fistulosa yang berasal dari keluarga  Moraceae dapat mencegah perkembangan virus HIV. 

Buah loa segar pun sudah dapat dibeli seharga Rp 75.000/kg melalui olshop.

6. obat tradisional di India

Kulit kayu pohon loa, digosok di atas batu dengan tambahan air secukupnya untuk membuat pasta. Kemudian dioleskan pada bisul atau gigitan nyamuk.

Daunnya, dapat digunakan untuk menghilangkan bulu ulat bulu yang menancap di kulit kita. Cukup dengan menggosok-gosokkan daunnya.

Daun loa berukuran panjang 7,5-15 cm, agak lonjong/elips dan sedikit berbulu.

Buah loa dari dekat (dokpri)
Buah loa dari dekat (dokpri)
Sahabat pembaca, demikianlah sekilas jati diri pohon yang saya temukan di suatu jalan kampung, yang ternyata bernama pohon loa.

Meski saya belum berniat mencoba memasak buahnya, atau menggunakan kulit pohonnya sebagai obat, setidaknya saya sudah mengetahui informasi tersebut.

Masih banyak jenis pohon lainnya. Bersyukur Allah swt telah menyediakan keanekaragaman hayati untuk kehidupan makhluk ciptaanNya.

Sampai jumpa pada artikel berikutnya. Salam hangat, Ayra Amirah.

Referensi di sini, di sini dan di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun