Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Edukatif-nya Majalah Bobo, Dulu dan Sekarang

17 Mei 2021   23:13 Diperbarui: 18 Mei 2021   01:47 2848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, 17 Mei, diperingati sebagai hari buku nasional.  Saya pun tertarik melakukan flash back, mengingat ke masa kecil, buku apa gerangan yang saya sukai saat itu?

Tak muluk-muluk, karena yang Bapak saya mampu beli pada saat itu hanyalah beberapa majalah bekas. Meski demikian, sangat berarti mengusir kesepian karena ditinggal ibu bekerja seharian. Juga, mulai melatih saya berimajinasi tentang kehidupan yang bahagia itu seperti apa.

Kompasianer seangkatan atau lebih "senior" dari saya, pastinya sudah tidak asing. Tetapi untuk yang lebih muda dari saya, yuk saya perkenalkan pada majalah Bobo, hehee.

Bobo, majalah era '80an tentang keluarga kelinci

Majalah Bobo, terbit pertama kali pada tahun 1973. Isinya beberapa kisah bergambar (cergam) yang berisi nilai moral yang penting dimiliki anak-anak. Sebut saja Bobo si keluarga kelinci- Oki dan Nirmala dari negeri dongeng- Paman Kikuk, Husin dan Asta- Juwita dan si Sirik-serta Bona, gajah kecil berbelalai panjang.

11198-kendaraan-manusia-awan-60a294f5d541df73a45f67d3.jpg
11198-kendaraan-manusia-awan-60a294f5d541df73a45f67d3.jpg
Cergam Oki dan Nirmala (asset-a.grid.id)

Majalah anak atau bisa disebut buku anak ini, dibuat untuk versi Indonesia (penerbit Kelompok Kompas Gramedia), tentu saja dengan penambahan yang disesuaikan. Sementara majalah serupa, berasal dari negeri Belanda (penerbit: Blink.nl). Keduanya bekerja sama dengan bentuk awal berupa terjemahan.

Slogan bacaan populer anak ini adalah Teman Bermain dan Belajar. Ia meng-edukasi lewat bacaan menarik serta permainan.

Generasi milenial mungkin pernah melihat, maskot majalah Bobo adalah seekor kelinci berwarna biru dengan sweater merah. Karakternya sebagai anak yang baik, rajin dan juga berani. Ia mempunyai ayah, ibu, adik perempuan (yang kemudian diadaptasi bernama Coreng), serta seorang teman yang diadaptasi bernama Doni.

Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun, majalah Bobo banyak mengadakan acara dan pelatihan-pelatihan, serta beberapa kali membuka situs.

Ada banyak rubrik, dalam majalah yang terbit mingguan ini, antara lain: cermis, cerpen, dongeng, arena kecil, flora, fauna, film, bahkan komik Donal Bebek.

Manfaat membaca majalah Bobo

Pada saat itu, sekitar usia tujuh sampai sembilan tahun, mungkin manfaat yang saya rasakan dari membaca manalah Bobo, sebatas menghibur dan menambah wawasan saja. Tanpa saya sadari, banyak manfaat lain yang saya dapatkan:

1. melatih konsentrasi
2. melatih kemampuan berpikir
3. menambah kosakata
4. meningkatkan daya ingat

Saya tidak ingat, kapan persisnya saya "meninggalkan" majalah kesayangan ini. Tapi saat saya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, orientasi bacaan memang berubah ke majalah remaja yang juga tengah populer saat itu.

Salah satu alasan mengapa majalah Bobo sangat digemari saat itu, adalah:

1. merupakan majalah anak-anak pertama yang berwarna di Indonesia
2. belum banyaknya pilihan acara televisi 
3. belum sampai kepada era digital seperti sekarang

Majalah Bobo di era milenial

Jauh berbeda dengan keadaan sekarang, yang dialami oleh dua anak saya. Mereka mengenal ikhwal majalah Bobo, dari cerita ibunya. 

Meskipun saat ini sudah dapat diakses secara online melalui ebooks.gramedia.com maupun berlangganan di www.gridstore.id untuk membangun karakter anak Indonesia-persis seperti yang dicita-citakan pengasuh maupun staf redaksi-kids zaman now (seperti anak-anak saya) lebih cenderung pada banyaknya pilihan acara televisi maupun fitur-fitur menarik lainnya pada telepon seluler.

Di satu sisi, saya cukup menyayangkan. Namun di sisi lain, saya berupaya tidak memaksakan apa yang dipilih dan menjadi minat anak-anak. Peran saya sebagai orang tua, lebih untuk mengarahkan hal-hal yang bermanfaat atau tidak, baik atau tidak, untuk kemudian mendapat izin atau tidak, untuk mereka teruskan.

Meski demikian, saya tetap mengacungkan jempol sebagai apresiasi pada majalah masa kecil saya ini, sebagai sarana edukasi dulu dan sekarang. 

Nilai-nilai positip yang ditebarkan melalui cerita-cerita di dalamnya, sarat pesan moral yang dikemas secara menarik. 

Sukses selalu, majalah Bobo!

Referensi disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun