"Luna, ada apa?"
"Siapa yang menelepon?"
"Kenapa kamu sampai pucat begini, Nak??" kudengar ibu memekik cemas. Tangannya menggoncang-goncang tubuhku.
"Kabar buruk dari kantor ayah. Musibah pada kapal ayah," kataku dengan berurai air mata.
"Kabar buruk bagaimana??"
"Musibah apa??" ibu merebut ponsel di tanganku.
"Nanggala 402..."
Aku tak dapat mengeluarkan suara lagi. Tiba-tiba ruangan gelap. Aku merasa dingin. Aku...
SELESAI
Turut berduka, untuk para korban KRI Nanggala 402 dan keluarga yang ditinggalkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!