Sebuah ojol datang dari arah belakang. Ia mempertahankan kecepatan kendaraan, saat berada di sisi belakang kendaraan kami.Â
Beberapa saat sebelumnya, suami sempat mengingatkan kemungkinan jambret handphone. Sekalipun tak terbiasa mendengar kejahatan seperti itu di Samarinda, tapi kami sering melihat contoh di televisi.
Rupanya suami sangat waspada. Tiba-tiba wajahnya menengok ke belakang menatap tajam dengan pandangan tak suka. Ojol pun menambah kecepatan dan melesat. Saya pun buru-buru menyudahi kegiatan saya.
Gambar yang saya ambil, adalah gedung 27 September, tempat dilaksanakannya ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN) universitas Mulawarman setiap tahunnya.Â
Di sanalah, dua puluh satu tahun yang lalu, angan-angan saya menjadi mahasiswa terkubur. Saya gagal.
Tahun 1999 dan 2000 adalah saat saya mendapatkan kegagalan yang tidak mudah. Sebanyak dua kali saya mencoba, sebanyak itu pula saya tertolak masuk.
Sebenarnya, ada banyak kampus swasta di sini. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) pun ada. Tapi saya hanya punya satu kampus idaman, Universitas Negeri Mulawarman yang bergengsi.
Apakah saya kecewa?
Ya, bahkan saya sangat terpukul. Sempat tidak ingin makan sehari-dua hari. Sempat tidak ingin pulang ke rumah, setelah mengambil koran pengumuman nama-nama yang lolos.
Demikianlah, sekelumit kisah kegagalan saya.
Kegagalan adalah tidak adanya persesuaian angan, cita-cita, rencana serta niat dengan kenyataan yang datang. Tapi bagi saya, kegagalan itu tempatnya di masa lalu.Â