Salah satu alasannya, berbagai kebutuhan akan barang dan jasa, sudah dapat diatasi asal mempunyai aplikasi belanja dan kuota tentunya. Selain mudah dan cepat, soal harga, juga nyaman di kantong.
Oya, satu lagi, aplikasi yang tidak saya gunakan meski anak-anak dan suami sangat sering menggunakannya: game atau permainan. Selain karena tidak menyukai, saya lebih memilih untuk "bermain kata" pada dashboard Kompasiana. Ciee...cieee...
Tapi memang, ini bukan pengalaman saya sendiri saja. Sahabat Kompasianer, ada yang pernah mengakui bahwa Kompasiana sulit untuk ditinggalkan. Sifatnya ngangenin alias bikin rindu ingin nulis.Â
Malah, Kompasianer lain lagi mengaku total meninggalkan blog pribadi yang sebelumnya, karena lebih mendapatkan ilmu, fasilitas serta kebahagiaan dari sana.
Maka tidak heran, setiap harinya setelah bangun tidur, saya pasti menyentuh logo Kompasiana yang saya sematkan di layar utama ponsel.Â
Dengan penuh penasaran, saya membuka notifikasi serta beranda untuk membaca post terbaru dari teman-teman Kompasianer.
Selang beberapa waktu kemudian, saya akan buka lagi, buka lagi, teruuus sampai tengah malam. Saya seperti kecanduan dan tergila-gila.
Bagi teman-teman yang berkesempatan menunggu waktu berbuka sambil bermain di salah satu aplikasi, keuntungannya adalah bisa menemukan hiburan, informasi maupun menyelesaikan pekerjaan kantor.
Tapi bagi ibu rumah tangga seperti saya, membuka aplikasi justru bukan di saat ngabuburit. Dan dari kesemuanya itu, yang menarik perhatian saya adalah platform Kompasiana beyond blogging.
Hmm, bagaimana dengan Anda?
Samber THR 2021, Samber 2021 hari 11, THR Kompasiana