Kasihan gadis kecil itu, menangis tersedu-sedu sambil memeluk Fatimah yang masih basah karena baru saja dimandikan. Kini gadis kecil itu tertidur dengan raut muka kelelahan.
"Bang, sudah mau berangkat kerja sekarang?" tanya istrinya tadi pagi.
Fatimah bukan tak tahu, pagi-pagi benar suaminya harus meninggalkan rumah. Jarak dari rumah ke Bank tempatnya bekerja cukup memakan waktu. Belum lagi ditambah macet.
Pekerjaan sebagai security memang tak sehebat staf lainnya, tapi Fatimah bersyukur. Sedikit demi sedikit disisihkannya gaji lelaki itu. Sampai mereka bisa punya tempat tinggal sendiri.Â
Lelaki itu sempat tercekat.Â
Ia ingat semalam Fatimah memintanya memperbaiki kabel mesin cuci yang tampaknya konslet.Â
Sejak lelaki itu dicampakkan wanita selingkuhannya, perlahan ia pun memperbaiki hubungannya dengan Fatimah. Sebisanya ia membantu pekerjaan istrinya. Tapi urusan kabel ia belum sempat, karena ketiduran semalam.
Belum genap setahun, tepatnya, rumah tangga mereka berjalan lebih baik.
Fatimah sudah lama memaafkan, jauh sebelum dirinya kembali. Fatimah begitu bahagia menyambut kehadiran lelaki itu di rumah mereka. Padahal dulu, berhari-hari sampai tak pulang. Kalaupun menampakkan batang hidungnya, untuk mengambil pakaian ganti dan memberikan sedikit uang belanja.
Delapan bulan lamanya, kemelut rumah tangga itu menguji Fatimah. Tubuhnya kurus dan wajahnya tampak menderita. Apalagi ia juga menahan sakit. Fatimah tetap berusaha metutupi dengan tampil tegar di depan putrinya.
Seorang tetangga tiba-tiba menelepon dengan nada tak enak. Lelaki itu melihat jam pada riwayat panggilan. Baru pukul sepuluh. Bahkan belum setengah hari ia bertugas.