Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengapa Saya Kehilangan Ide Menulis?

31 Maret 2021   11:18 Diperbarui: 31 Maret 2021   11:25 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: cosmopolitan.co.id

Menulis, adalah pekerjaan menyenangkan bagi mereka yang suka. Tapi merupakan pekerjaan yang sulit, bagi yang tidak menyukainya.

Sebenarnya bukan begitu, menurut saya. 

Seseorang merasa tidak suka, karena belum mencoba. Dan karena enggan mencoba, menulis terasa 'sulit' dilakukan.

Apakah hobi menulis, diawali dari hobi membaca?

Kelihatannya, ya. Orang yang banyak membaca buku apa saja, pada suatu ketika terpancing juga untuk menuangkan ide ataupun ilmu yang didapat.

Sedikit bercerita, empat belas tahun yang lalu, saat saya baru menikah dan sedang mengandung anak pertama, saya dipinjamkan sebuah buku yang menurut seorang teman, buku tersebut sangat menarik. Saking sukanya, dia ingin saya membacanya.

Di rumah, buku tebal tersebut baru saja saya baca sebanyak dua halaman, ketika suami menemukannya dan berkata, buku ini tidak bagus. Kembalikan saja.

Sempat membela diri, tapi akhirnya saya menurut juga. Rumah tangga kami masih baru, dan tentunya saya tidak ingin beliau merasa tidak dihormati bila saya terus berdebat.

Waktu terus berjalan. 

Saat kami sudah mempunyai tiga orang putri, barulah saya sadar mengapa saya dilarang membaca buku yang sedang booming saat itu dan membahas masalah percintaan.

Alis saya sempat berkerut, ternyata suami paham isi buku tersebut, bahkan paham film yang dibuat berdasarkan karya Ketika Cinta Bertasbih tersebut. Wow...

Menulis itu, mengandung candu. Pelakunya akan menghabiskan banyak waktu, dan juga melakukannya secara rutin. Ini pun, menjadi ketakutan suami, saat tahu saya tidak hanya hobi membaca, tapi juga menulis.

Jadi, ada perbedaan antara seseorang yang suka membaca, dan tidak suka membaca. Suka menulis, dan tidak suka menulis.

Seseorang yang suka membaca, akan menularkan kebiasaan baik ini, salah satunya dengan memilih 'buku' sebagai hadiah ulang tahun kepada sahabatnya.

Minimal, tidak akan menghalang-halangi, sekalipun pada pasangannya. Begitu pula dengan hobi menulis.

Di sisi lain, sekalipun menulis merupakan pekerjaan mengasyikkan bagi mereka yang memang menyukainya, ide untuk menulis tidak timbul begitu saja setiap hari. Ada kalanya seseorang yang hobi menulis, bingung ingin menulis tentang apa, sementara panggilan di dalam dirinya terus menuntut.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menambah kepekaan terhadap apa yang ada, atau terjadi di sekitar. Cara lain adalah dengan bertanya maupun berdiskusi dengan teman, sahabat maupun pasangan.

Beberapa lama ini, karena mendapat gambar yang dapat dijadikan ilustrasi karya Puisi, saya pun ingin menulis puisi dan menggunakan gambar tersebut. Tapi, entah mengapa sampai sekarang saya serasa kehilangan ide untuk menulis.

Sekali lagi, pekerjaan menulis memang melibatkan perasaan, insting atau kejiwaan yang sentimental. 

Menulis bukan sekedar kerja jari-jari di atas keyboard laptop atau ponsel pintar yang dimiliki. Menulis, adalah proses memindahkan apa yang ada di kepala, hati dan benak pelakunya, melalui media kertas maupun secara online, kepada orang lain yang disebut pembaca. 

Menulis, tidak hanya memerlukan keberanian, kehati-hatian, wawasan, tetapi juga energi yang tidak sedikit. Terutama bagi sebagian orang yang membutuhkan waktu cukup banyak untuk menyelesaikan tulisan tersebut. Kelelahan ini kerap disebut kelelahan otak. 

Solusinya tidak sulit. 

Untuk refresh atau segar kembali, bisa dengan istirahat sebentar sambil berjalan-jalan di pekarangan rumah melihat bunga-bunga, melihat kolam ikan peliharaan, bermain-main dengan binatang peliharaan, makan, minum, atau mandi, bahkan bermain dengan anak-anak di rumah, juga dapat mengembalikan kesegaran dan kesiapan kembali menulis.

Akhirnya, jika saya kehilangan ide menulis tetapi "harus" menulis juga, hal yang saya lakukan adalah dengan bismillah dan mengetik satu kata pertama yang paling jelas tergambar dalam pikiran.

Seperti pada saat mengikuti event menulis Maraton di Kompasiana, yang topik hariannya sudah ditentukan, tetapi berada di luar kemampuan individu yang saya miliki. Yaitu menulis tentang drama Korea yang sedang tren di 2021.

Maka saya menggunakan kata kunci atau keyword yang ditentukan, sebagai permulaan menulis. 

Hasilnya, kalimat dan paragraf-paragraf selanjutnya bisa meluncur mulus.

Nah, Sahabat pembaca, bagaimana dengan Anda! Mungkin mempunyai cara berbeda saat kehilangan ide, tetapi kekeuh menulis juga?

Salam hangat,

Ayra Amirah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun