Agak mengagetkan, karena Kiomiy yang bermata biru, dari luar tampak normal dan sehat. Lancar menyusu pada induknya, dan lebih banyak tidur untuk pembesaran tubuhnya.
Saya amati, muntahan itu menyerupai gumpalan susu basi berwarna putih. Maklum anabul Kiomiy masih berusia tiga minggu dan belum makan apa-apa kecuali air susu induknya. Sayang saya tidak berinisiatif mengambil gambarnya saat itu.
Pada hari yang berbeda, anabul malang ini muntah lagi dan mengeluarkan seekor cacing gelang lagi. Tetap tak ada yang dapat saya lakukan untuk menolongnya. Kepada anak-anak, saya berpesan agar menjaga jarak. Dan untuk sementara waktu, sebisanya menghindari menyentuh Kiomiy untuk mencegah penularan.
Selang dua hari, anabul tak berdosa ini muntah lagi. Kali ini jumlah gumpalan susu yang keluar tampak lebih banyak dari biasanya. Ternyata di dalamnya terdapat lima ekor cacing gelang yang hidup dan menggeliat membentuk gulungan keong.
Rasa belas kasihan tentu saja menyentuh hati kami. Apalagi anabul Kiomiy tidak mungkin dicegah menyusu pada induknya. Usianya belum mencukupi, untuk mulai mengkonsumsi makanan basah. Di sana tertulis untuk junior usia dua bulan. Bahkan untuk membaui makanan pun, Kiomiy belum dapat melakukannya.
Apakah sebaiknya diberikan susu pengganti? Rasa bimbang menyelimuti hati saya.
Ataukah sebaiknya dibawa ke dokter hewan?
Tetapi jika melihat perkembangan, anabul Kiomiy dapat mengeluarkan parasit yang bersarang di ususnya secara alami tanpa bantuan obat apapun. Dan kalau dihitung-hitung, karena hari ini ia memuntahkan tiga cacing lagi, sudah sebelas ekor yang keluar dari tubuhnya.
Mungkin saja Kiomiy, anabul yang hebat. Ia bisa menolak keberadaan parasit. Begitu kenyang menyusu, ia segera memuntahkan susu yang sudah diminum sebelumnya yang berupa gumpalan. Ia juga tetap bermain-main dan berjalan-jalan mengitari ruangan.