Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Suku Dayak di Kalimantan Timur (Bagian 2)

24 Februari 2021   18:00 Diperbarui: 26 Februari 2021   15:37 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kemdikbud.go.id

Etnis Dayak, oleh seorang antropolog bernama J.U. Lontaan, 1975 dalam Bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, dibagi menjadi 6 suku besar, 405 sub suku kecil, serta lebih daei 600 sub suku lainnya, yang menyebar di seluruh Kalimantan (sumber informasi)

Corak kehidupan mereka tidak lepas dari budaya bahari atau maritim. Suku ini mengandalkan sungai sebagai salah satu sumber kehidupan. Nama-nama mereka pun diambil dari istilah yang berhubungan dengan sungai.

Mereka hidup dengan bercocok tanam atau berkebun. Selain itu mereka juga suka membuat kerajinan tangan berbahan rotan, damar, dan getah yang dihasilkan dari pohon karet di hutan Kalimantan.

Hidup di tengah hutan dan jauh dari modernisaai, membuat suku Dayak memegang teguh ritual adat turun-temurun yang terbilang unik dan menarik perhatian masyarakat lain, termasuk turis lokal maupun mancanegara.

Upacara adat Tiwah

Salah satu yang menarik perhatian adalah ritual adat Tiwah, yang dilakukan oleh suku Dayak di Kalimantan Tengah. 

Bisa dibilang, pada upacara ini seseorang yang telah meninggal dan dikubur selama ratusan tahun, kerangka jenazahnya akan dipindahkan dari liang kubur, ke tempat peristirahatan terakhir yang disebut Sandung. Barulah sebuah kematian menjadi sempurna  jalannya ke surga menjadi lurus, dan rohnya menjadi tenang sesuai kepercayaan agama leluhur/Kaharingan (sumber info).

Ngahawa'k

Adapula upacara yang dilakukan sebelum melakukan pernikahan yang disebut ngahawa'k. 

Inti dari upacara ini adalah memperlihatkan banyaknya benda adat kepada keluarga mempelai wanita. Jika calon mempelai wanita berasal dari keluarga bangsawan, maka wajib memenuhi berapapun permintaan.

Kelak di kemudian hari apabila terjadi perceraian, maka benda adat yang mempunyai hukum adatnya sendiri, akan menjadi denda bergantung kesalahan kedua belak pihak. Besarnya denda/hukuman adat pun tidak ringan. Tujuannya agar masyarakat Dayak tidak melanggar adat-istiadatnya sendiri (sumber info).

Sumber foto: dayakborneo.com
Sumber foto: dayakborneo.com
Adapula tarian khusus pada upacara menyambut tamu agung yang datang dari luar, atau upacara menyambut kelahiran bayi dari kepala suku, yaitu tari Gong. 

Sumber gambar: cdn-2.tstatic.net
Sumber gambar: cdn-2.tstatic.net
Tarian ini dilakukan oleh seorang gadis yang mengenakan pakaian adat Dayak Kenyah, diiringi alat musik dengan gerak yang sangat lembut dan mepunyai ekspresi menirukan burung Enggang yang dikenakan di kedua belah tangan penari. dengan memakai pakaian adat Dayak Kenyah diiringi musik Sapeq Daak Tubun Situn (sumber info).

Suku Dayak dan kuping panjang

Budaya suku Dayak pun sangat banyak. Salah satunya yang populer yaitu memanjangkan kuping. Telinga panjang juga digunakan sebagai identitas atau untuk menunjukkan umur seseorang. 

Saat seorang bayi lahir, ujung telinganya akan digantungkan manik-manik yang cukup berat. Jumlah manik-manik itu akan ditambah daei waktu ke waktu seiring bertambahnya usia  si bayi. 

Tujuan memanjangkan kuping dalam masyarakat Dayak, termasuk untuk melatih kesabaran. Ada benarnya, yaa.

Sumber foto: cdn.idntimes.com
Sumber foto: cdn.idntimes.com
Tradisi memanjangkan kuping menunjukkan kebangsawan serta identitas untuk menunjukkan usia seseorang. 

Anak-anak suku Dayak memanjangan kuping menggunakan pemberat berupa logam berbentuk lingkaran gelang. Selama bertahun-tahun tanpa henti sehingga kuping akan terus memanjang beberapa centimeter. 

Tradisi ini sekarang masih bisa dijumpai meskipun tidak semua generasi melakukannya (sumber info).

Tradisi Tato

Masyarakat Dayak juga melakukan tato pada tubuhnya. Bukan sebagai tren atau kesukaan, tetapi terdapat makna yang sangat mendalam.

Mengenai motif tato pada laki-laki dan perempuan suku Dayak, tidaklah sama. Tato dibedakan menurut bentuk dan tujuannya. Bentuk gambar tato diambil dari alam seperti burung Enggang.

Tato dengan gambar/motif muka harimau, di letakkan di bagian paha dan menunjukkan status sosial yang tinggi bagi pemiliknya.

Sementara, tato Ukir Rekong yang diletakkan di leher, dibuat dengan tujuan memberikan kekuatan pada tenggorokan. Maksudnya sebagai pelindung agar tidak dipenggal oleh Mandau (senjata tradisional) musuh. Aduh serem!

Selain menjadi bagian dari tradisi, religi,serta status sosial dalam masyarakat, tato ini merupakan bentuk penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang. Jadi, tato tidak dibuat secara sembarangan, yaa.

Menurut kepercayaan, tato yang kehitaman tersebut, akan berubah menjadi warna emas. Semakin banyak tato obor, akan semakin terang dan lapang jalan menuju alam keabadian setelah mereka mati dan melalui upacara Tiwah (sumber info).

Demikianlah, sekilas mengenal suku Dayak yang turut memperkaya budaya Indonesia. 

Semoga semboyan Bhinneka Tunggal Ika, dapat terus mempersatukan bangsa, serta melestarikan warisan para pendahulu.

Salam.

Referensi: Sumber informasi, tiwah, ngahawa'k, tari Gong, kuping panjang, tato

Bagian satu di sini

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun