Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[RTC] Faridah, Yuk Bersabar Menjalani Ketentuan Allah SWT

31 Januari 2021   09:24 Diperbarui: 1 Februari 2021   04:55 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua minggu, setibanya engkau di kampung halaman, engkau pun melahirkan. Selamat yaa, Faridah, engkau telah menjadi seorang ibu dari bayi perempuan yang katamu sangat cantik. 

Dia pasti seperti ibunya. Berkulit putih, mata coklat dan bibir merah delima. Kebanyakan orang Banjar berkulit putih. Ya, pasti bayi kalian sangat cantik seperti dirimu juga.

Sayang kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Di usia sepuluh hari, bayi mungil yang sempat diberi nama Aisyah itu harus berpulang menemui penciptanya. Akibat cuaca buruk dan curah hujan tinggi. Air tercurah dimana-mana. Dari langit, serta keluar dari dalam tanah.

Tak butuh waktu lama, untuk menyulap perkampungan suku Banjar menjadi bah yang menenggelamkan. Setidaknya itulah yang kudengar.

Tak terbilang harta benda yang mungkin nilainya tak seberapa. Bahkan korban nyawa berjatuhan mengenaskan. Balita dan orang dewasa yang hanyut terbawa arus, atau siapa saja yang terdampak sakit lalu tak bertahan hidup. Salah satunya adalah bayi Aisyah kecintaanmu.

Faridah sahabatku, aku syok juga mendengar berita di tv. Rasanya detik itu aku ingin menemuimu. Tapi dari informasi yang beredar, akses masuk sudah tidak memungkinkan. Siapapun bahkan relawan kesulitan untuk menembus titik bencana. Aku menangis tergugu, membayangkan senyum ceriamu akan berubah beku.

Dengan menyebut nama Allah, aku mencoba bangkit dari kesedihan. Aku berusaha mengumpulkan segenap kekuatan. Aku mengambil wudhu, sholat dua rakaat, lalu berdoa untukmu.

Faridah sahabatku, saat surat ini sampai di tanganmu, percayalah engkau adalah wanita hebat yang terpilih dengan takdir ini. Ayo bangkitlah dari lautan duka. Yakinilah semua yang terjadi, tidak lain untuk memenuhi takdir dan ketentuan Allah swt. Semua terjadi, sudah atas izin Allah. Dan Dia mahamengetahui apa yang terbaik bagi hambaNya.

Tidak ada dukungan lain yang dapat kuberikan, untuk sahabat seperti dirimu, melainkan doa yang sangat tulus yang kupanjatkan. Semoga engkau, suami dan seluruh keluarga senantiasa dalam lindungan Allah swt. Semoga dilimpahi berkah dan hidayah. Diberikan hati yang lapang untuk melewati ini semua. Sesungguhnya kita akan senantiasa diuji, sampai akhir hayat, untuk mendapatkan syurganya Allah. Aamiin.

Sekian surat untukmu. Ketahuilah air mataku menetes sejak tadi untuk menuliskannya. Semoga kita akan segera bertemu, dan aku akan segera memelukmu hangat.

Jaga dirimu di sana, berusahalah untuk selalu tegar dan kuat. Masih banyak yang mencintaimu. Masih banyak hal bermanfaat yang bisa kita lakukan. Jangan pernah berputus asa menerima takdir Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun