Jika Anda menghitung kembali, admin baru menghapus dua tulisan saya. Tapi "kuota" kok sisa dua?Â
Tidak salah jika Anda bingung. Saya memang pernah membuat kesalahan yang pertama. Saya sendiri baru mengetahuinya saat akun sudah validasi. Saat itu barulah ikon lonceng terbuka dan notifikasi dari moderator Kompasiana "mencolok" mata saya. Rasanya sakit, jadi tidak salah bila saya menggunakan kata "mencolok mata".
Kapankah itu?
Salah, yang ditimpakan pertama kali, justru saat pertama login karena membaca artikel seorang teman facebook yang dimuat di Kompasiana.Â
Selesai membaca artikel mengenai peringatan hari Sumpah Pemuda, saya menemukan kolom untuk memberikan tanggapan. Tetapi seharusnya, saya masuk ke tombol kembali ke artikel asli. Di sanalah kolom komentar disediakan. Karena saat itu kali pertama login, saya pun tak cukup paham.Â
Dari notifikasi moderator Kompasiana yang baru terbaca di bulan Januari, begitu akun berhasil validasi, saya pun merasa masgul.Â
Empat bulan sebelumnya, saya sudah mengalami penghapusan, sementara saya belum pernah menulis artikel apapun dan belum mengenal tulisan para Kompasianer di sana. Barulah satu, milik seorang teman yang saya temukan share link nya pada wall facebook. Rasanya tidak adil, begitu keluh saya dalam hati.
Oke, jadi total saya sudah mengalami tiga kali penghapusan. Kiranya ini cukup menampar diri saya. Sebaiknya saya mawas diri, ingat benar-benar apa peraturan yang sudah ditetapkan dan harus diikuti. Saya akan berusaha keras menjaga peluang saya yang tinggal sedikit ini.
Tapi tidak. Keberuntungan belum menghampiri.Â
Sebagai pemula yang baru memiliki 1500 an poin, atau kategori Taruna, tepat sepuluh hari setelah event menulis maraton yang saya ikuti berakhir, secara mengejutkan saya kembali mendapat notifikasi dari moderator yang menerangkan bahwa salah satu judul tulisan saya juga dihapus!
Apa salah saya? Begitu pikir saya dalam hati.