Ada yang tak biasa, saat menjelang awal tahun 2021 dalam keluarga kecilku. Anak sulungku kini beranjak remaja, dan lebih komunikatif kepada aku, ibunya. Tak lagi kekanak-kanakan, terutama sejak masa belajar online berlangsung. Ia jadi lebih mandiri, dan lebih peka terhadap beberapa hal. Salah satunya, perubahan awan di luar sana, dari cerah ke mendung, atau sebaliknya.
"Ibu, yakin mau barbeque-an? Prakiraan cuaca hujan loh, jam satu malam..."
"Dan ini, sudah mau turun hujan, waktu nya juga persis sama dengan prakiraan cuaca kemarin..."
Aku tersenyum mendengar kepolosannya.
"Ngga apa-apa Nak, Allah sudah mengatur..." kataku meyakinkannya.
Malam itu sebelum pukul sepuluh, abah menuntaskan memanggang daging ayam dengan ditemani anak-anak. Si kecil Ayra membanginkanku saat semua sudah siap. Lalu kami makan malam bersama anak-anak tanpa menunggu moment pergantian tahun.
Pukul setengah sebelas, ketiga anakku beranjak tidur, setelah sempat melihat kembang api di langit sana. Suami juga pamit tidur katena beberapa malam terakhir kerja lembur dan kurang tidur. Tinggallah aku sendiri menunggu pergantian tahun sambil sibuk mengetik.Â
Tepat jam satu dini hari, hujan deras turun disertai tarian sang angin, tepat seperti prakiraan cuaca yang disebutkan si kakak. Sedikit banyak aku merasa tercekam.
Tak selesai sampai di situ, malam ini saat aku berbagi kisah kepada Anda, gerimis juga sedang menyirami pohon-pohon dan bunga kami di luar.Â
Bahkan saat tadi aku membukakan pintu untuk suami yang pulang kerja lembur, beliau juga dalam kondisi basah kuyup karena menerobos hujan sepanjang jalan.Â
Tentang banjir, bukan hanya fenomena rutin kota Jakarta serta daerah-daerah lain sepanjang Januari hingga Mei ke depan. Tetapi juga di Kalimantan Selatan dan Kalimantan timur khususnya Samarinda. Terlebih kota saya tercinta ini mempunyai bentuk muka bumi berupa bukit dan tanah rendah.Â
Kegiatan membersihkan rumah usai banjir pun, menjadi rutinitas sebagian warga yang sulit dielakkan. Bisnis mendongkrak lantai rumah panggung, sekalipun terbilang mahal, tetap paling dicari karena bisa menjadi solusi.
Sedangkan untuk bangunan permanen, harus menambah tinggi badan bangunan serta menaikkan atapnya.Â
Demikian sekelumit kisah tentang musim penghujan di kotaku.
Dan sebagai seorang ibu, aku menekankan pada anak-anakku untuk tidak membarengi turunnya hujan dengan keluhan demi keluhan. Baik itu cucian yang tak kunjung kering, jalanan becek dan banjir, udara kelewat dingin, dan sebagainya.
Pun jika harus mendapat kesan awal tahun 2021 identik dengan musim hujan, aku mengajak anak-anak menemukan solusi agar tetap merasa nyaman serta memperhatikan imun tubuh. Kreatif menciptakan permainan dan kesibukan di dalam rumah. Membuat jahitan atau kerajinan, misalnya.
Berikut tips dalam keluarga kami menghadapi hujan 2021:
Luangkan waktu untuk berolahraga
Makan-makanan yang sehat dan bergizi
Jaga kebersihan diri dan lingkungan
Persiapkan payung atau jas hujan saat keluar rumah
Hindarkan anak-anak dari bermain air hujan
Bila terkena hujan, usahakan langsung mandi dengan air hangat
Hangatkan tubuh dengan makanan hangat, seperti sup dan mi rebus
jauhi minuman dingin selama musim hujan.
Sediakan obat flu dan sejenisnya
Agar pekerjaan terasa nyaman di musim hujan:
Buat plan B terhadap rencana pekerjaan yang akan dilakukan saat hujan turun
Menyediakan minuman hangat/wedang jahe untuk menemani beraktifitas
Gunakan pakaian hangat seperti jaket, sweater, dan kaos kaki
Jangan lupa beristirahat saat badan mulai kurang fit
Nah, begitulah cerita keluarga kecilku di musim hujan kali ini. Semoga menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H