Dar der dor suara kembang api baru saja pergi. Tak terlalu meriah, dikarenakan suasana pandemi yang dianjurkan pemerintah untuk tetap di rumah aja, serta tidak berkumpul atau membuat kerumunan.Â
Selanjutmya kita memasuki tanggal-tanggal baru di tahun yang baru. Dan begitu masa liburan selesai, segera semangat kembali belajar dikobarkan. Kira-kira itulah pesan saya kepada Alya dan Zahira, dua anak saya yang masih Sekolah Dasar.
Memang tidak tanggung-tanggung, sudah sepuluh bulan atau hampir genap dua semester, wabah pandemi covid 19 melanda dunia termasuk negara kita Indonesia. Saya sangat prihatin sekali.Â
Apalagi salah satu pengaruhnya dalam dunia pendidikan. Dari jenjang paling dasar sampai perguruan tinggi, mekanisme belajar yang paling memungkinkan adalah secara online atau virtual.Â
Begitu pula dengan pelaksanaan ujian semester maupun kelulusan, dilakukan secara daring. Kedua hal ini tentu mempunyai plus-minus nya sendiri yang harus diterima dan dijalani.Â
Tetapi satu hal yang saya tekankan kepada dua anak saya tersebut, dan juga kepada murid dan wali murid dalam grup paguyuban, adalah semangat! Tanpa adanya semangat sebagai "bahan bakar" untuk sampai kepada titik tujuan, rasanya tidak akan menggenjot langkah dan usaha kita untuk lebih berhasil.Â
Setidaknya hal ini sudah dibuktikan kedua anak saya yang terus saya pacu semangat belajarnya, alhamdulillah bisa mencapai rangking satu dalam catatan guru wali kelasnya masing-masing, baik Alya maupun Zahira.
"Ayo Nak, hafalkan perkaliannya. Tambah dilancarkan, karena itulah pesan wali kelasmu untuk menghadapi semester dua ini..."Â begitulah saya menyemangati Zahira yang duduk di kelas empat SD.
Sebagai seorang ibu, menjadi guru pendamping di rumah selama masa belajar online, adalah tugas yang menguntungkan. Pertama saya bisa lebih menghangatkan hubungan dengan anak-anak.Â
Kedua, saya bisa memberi mereka bukti bahwa saya sayang dan perhatian. Sekaligus yang ketiga, saya dapat menilai keberhasilan prinsip dan metode belajar yang saya terapkan selama ini, sudah benar atau masih banyak kekurangan?Â
Dan sempat saya mewanti-wanti diri sendiri, kalau sampai hasil belajar/raport KI3 mereka buruk, maka saya harus mengurangi intensitas saya menulis di Kompasiana. Yang sebenarnya adalah kegiatan baru yang sedang saya nikmati dan pelajari. Hmm...berat bukan?
Sekalipun masa libur sekolah hanya dihabiskan dengan berkegiatan di rumah aja, seperti kembali berkebun ala anak saya, bersantai dan bermain bersama adik, serta membuat kerajinan bunga kertas, Alya dan Zahira tidak berkecil hati.Â
Sempat sih, mereka memberikan ide pergi ke Taman Cerdas, sebuah taman bermain di kota saya, namun mengingat beberapa pertimbangan serta anjuran dokter Raisa Broto Asmoro tentang isoman yang bisa menjadi percuma, maka saya memberi keputusan bermain di Taman Cerdas ditunda lain waktu di saat situasi sudah benar-benar normal. Alhamdulillah mereka bisa mengerti dan tidak memberi sanggahan sama sekali.
Yuk semangat kembali belajar
Info pertama selama liburan, datang dari wali kelas yang memberitahukan ketersediaan lembar kerja siswa (LKS) untuk semester dua dari penyalur, dengan harga paket sudah ditentukan.Â
LKS merupakan penunjang murid untuk belajar, sedangkan buku panduan berasal dari pemerintah dan dipinjamkan melaui perpustakaan sekolah.
Info kedua bisa dibilang wacana umum, bahwa kegiatan belajar tatap muka, masih akan mengalami penundaan. Meskipun beberapa waktu sebelumnya diadakan poling pendapat dari segenap orang tua/wali murid, setuju atau tidak setuju sekolah dibuka kembali pada awal tahun 2021, dengan mekanisme per shift sepuluh murid dan durasi belajar dua jam saja. Tentu dengan pemberlakuan prokes sesuai arahan pemerintah.
Apapun itu, saya menekankan kepada dua anak saya yang bersekolah, untuk tetap dan selalu bersemangat menghadapi kegiatan kembali belajar, apapun bentuknya.Â
Baik dalam jaringan/online, maupun sekolah tatap muka. Betapapun mereka merindukan suasana belajar di kelas bersama guru dan teman-teman seperti sebelumnya.
Namun menjaga kesehatan dan mengikuti anjuran pemerintah untuk menghentikan dan memutus mata rantai penyebaran virus covid 19Â adalah kewajiban mulia seorang warga negara. Kita mesti mendukung gerakan ini untuk bisa menyelamatkan banyak nyawa.
Yuk teman-teman semuanya, semangat kembali belajar yaa...
*) Foto: koleksi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H