Buatku ibu adalah seorang pejuang keluarga. Ia adalah tulang punggung yang kuat demi keberlangsungan hidup dan masa depan anak-anaknya.Â
Bisa diingat-ingat lagi, berapa banyak orang seperti ini di sekitar Anda? Mungkin sanak saudara, mungkin teman, atau mungkin tetangga?
Setiap harinya, orang-orang ini peras keringat, banting tulang menahan panas dan hujan, apalagi sekedar lelah dan kantuk, demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah bagi keluarga tercinta.
Bagaimana perasaan Anda melihat mereka? Mungkin perpaduan rasa kagum dan bangga yaa.
Seperti itulah perasaan saya kepada ibu.Â
Sebenarnya saya mempunyai bapak, yang pada umumnya seorang suami sekaligus bapak adalah kepala keluarga dan tulang punggung pencari nafkah. Tetapi karena sesuatu dan lain hal, ibulah yang harus mengambil alih tugas sebagai pencari nafkah.
Apakah itu berat? Jawabannya, pasti sangat berat!
Ibu saya telah bekerja selama tiga belas jam setiap harinya, selama DUA PULUH TAHUN pada sebuah pabrik kayu lapis.Â
Bisa dibayangkan betapa lelahnya bekerja di pabrik tersebut untuk seorang wanita yang sudah mempunyai dua orang anak di rumah.Â
Saat itu saya belum genap berumur tujuh tahun dan adik laki-laki belum genap berumur empat tahun.