Tetes-tetes hujan berjatuhan berdesakan memenuhi janjinya pada alam
Bergumul dengan kabut membasahi setiap kering pepohonan
Merasuk ke setiap lapisan tanah dan kubangan
Menembus terperangkap jauh ke dalam
Aku menatapi tetes-tetes hujan yang jatuh dari ujung atap rumah
Merekam suara menderu dari pertarungan angin
Menikmati kesendirian bersama sunyi sepi tanpamu
Dingin menggigil terperangkap rindu yang penuh di kalbu
Di kejauhan pohon-pohon meliuk mesra
Berkejaran, berpelukan dan saling menggenggam
Tak mampu menghindari jatuhnya daun-daun lama
Atau patahnya ranting-ranting tua
Aku masih duduk di teras rumah menghitung waktu
Menunggu pujaan hati membela negeri pulang kembali
Aku tak percaya kata mereka engkau tertembak musuh
Aku percaya engkau cinta kepadaku, belum menghadap sang illahi
*untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!