Seorang teman pernah bercerita ini padaku. Bahwa dirinya sering bermimpi wanita lain, sekalipun sebenarnya ia sudah punya istri dan anak.
Apakah dia dan istrinya sedang gencatan senjata?Â
Sama sekali tidak.Â
Tapi entah kenapa, sosok wanita lain, begitu saja terekam di dalam kepalanya, sekalipun keduanya tak pernah akrab.
Jika Anda menyebutnya nafsu, itu pula lah yang ingin kuhindarkan dari Lilis istriku. Aku ingin ia terpelihara dari dosa, dan menjadi milikku saja seutuhnya.
Sekali lagi ini bukan opini.
Ini adalah sebuah perasaan yang sulit kulawan. Lagipula mungkin itu benar, bukannya berlebihan seperti yang dikatakan bapak mertua.
Suatu hari, seorang kurir sudah berada di teras kami dengan paket berisi gaun yang dipilih istriku di layar ponsel. Saat itu aku masih lima belas menit lagi sampai di rumah.Â
Aku sama sekali tak mengizinkan Lilis menemui laki-laki asing, yang mungkin saja nakal dan akan menyentuh tangan lembut istriku.
Maka dengan terpaksa aku menelpon bapak mertua yang tinggal di sebelah rumah, untuk menemui sang kurir. Dengan demikian kurir tak perlu menunggu lama, dan Lilis tak sampai digenitin laki-laki lain.
Tapi sejak kejadian hari itu, bapak mertua jadi jarang bicara padaku. Kalaupun kebetulan kami bertemu di halaman, beliau menatapku dengan mata amarah. Seolah aku mempunyai salah yang amat besar.