Aku bukanlah seorang Dewi bangsawan nan jelita, yang minta dibuatkan seribu candi olehmu. Kira-kira seperti itu.
Salah satu hal sederhana itu, saat kita menikmati sedikit saja waktu bersama.
Engkau mengantarku berkeliling kota sambil menatap kelip bintang-bintang malam. Hanya berbekal dua botol susu steril kesukaanku, dan engkau sekaleng minuman isotonik. Bukan sebuah candle light dinner di restoran mahal.Â
Entah kenapa semua itu begitu berkesan.
Oya, ada satu lagi hal romantis yang menambah cek list mu saat itu.
Ingat disuatu siang, setengah bercanda aku minta dibawakan durian yang katamu uenak, langsung dari kebun sohibmu. Lalu aku menantangmu membuktikan?
Ternyata oh ternyata engkau benar-benar datang. Dari jarak yang cukup jauh engkau datang membawa satu saja durian besar nan lezat. Lengkap dengan semut berjalan-jalan di sela durinya.
Benarkah untuk memikatku jatuh cinta?
Mungkin lelaki sering gombal. Segala macam hal sederhana yang engkau berikan, kiranya juga semua gombal. Satu sisi hatiku menertawaimu.Â
Aku sering membaca novel percintaan. Aku merasa tenggelam dalam kisah-kisah Dealova. Lalu aku menemukanmu dalam dunia nyata. Seorang lelaki baik dengan tumpukan puisi yang sebagiannya untuk memuja diriku.
Sungguh aku merasa beruntung karena sudah kau pilih menjadi ibu dari anak-anak kita.