Apakah ia bahagia?
"Sampai sekarang pikiranku masih melayang-layang, mbak..." akunya.
"Aku ngga bisa berhenti memikirkan pernikahanku yang gagal lalu aku harus menikah dengan orang lain..."
Wanita jelita terus mengisak. Hidungnya memerah dan kedua pipinya juga.
"Setelah dia mendengar dari keluarga besar bahwa aku sudah menikah, barulah dia muncul, mbak..."
"Langsung kutampar dia..."
"Aku histeris seperti orang kesetanan..."
Aku mendengarkan dan tergugu. Wanita jelita melanjutkan ceritanya lagi.
"Katanya dia merasa tersinggung dengan orang tuaku, mbak... Karena diminta uang mahar yang besar..."
"Dia merasa ditolak secara halus..."
"Lalu dia pergi ke Pulau dan berusaha melupakan aku..."