Oleh Dr. Anastasia Yoshika B.
Pernahkah Anda atau keluarga atau teman datang ke IGD RS dengan keluhan dada terasa tak enak bahkan seperti terbakar, namun hanya diberikan pengobatan berupa obat kunyah antasida (obat lambung, seperti Promag, Mylanta, Polysilane, dll)?  Setelah dokter melakukan pemeriksaan penunjang lainnya, pasien kemudian diizinkan pulang. Anda merasa bingung? Masa sih sudah gawat begitu, ternyata cuma sakit maag? Sebenarnya yang dirasakan pasien adalah Heartburn (rasa terbakar di dada). Heartburn merupakan salah satu penyebab tersering pasien datang ke IGD RS dengan kecurigaan serangan jantung. Heartburn ini adalah bagian dari gejala terjadinya GERD (Gastoesophageal reflux disease), GERD adalah keadaan ketika isi lambung berbalik atau naik ke atas menuju ke tenggorokan dan/atau mulut. Gejala yang dirasakan antara lainheartburn, regurgitasi (gumoh), mual muntah, batuk kronis dan kesulitan/nyeri menelan. Bahkan bila mengenai pita suara dapat menimbulkan suara serak atau masuk ke paru-paru dan menyebabkan aspirasi (cairan masuk ke paru-paru). Pada ujung tenggorokan kita yang menyambung dengan lambung terdapat lingkaran otot (lower esophageal sphincter/LES). Saat kita menelan makanan, LES tersebut mengalami relaksasi sehingga makanan dapat turun ke lambung dan kemudian berkontraksi untuk mencegah makanan dan asam lambung berbalik ke tenggorokan. Pada keadaan tertentu, LES akan melemah atau terjadi relaksasi karena lambung menegang. Selain itu, ada juga hiatus hernia diafragma yang menyebabkan refluks asam ini menjadi lebih sering terjadi.
Tidak hanya heartburn, gejala-gejala umum GERD antara lain:
- Nyeri perut terutama bagian atas atau ulu hati
- Nyeri dada
- Kesulitan menelan (dysphagia) atau makanan terasa menyangkut di tenggorokan
- Nyeri menelan (odynophagia)
- Suara serak
- Nyeri tenggorokan
- Batuk terus-menerus, atau serangan asma saat malam hari
- Gumoh makanan/minuman, terasa asam di tenggorokan
- Sinusitis kronis
- Terbangun dari tidur dengan perasaan tercekik
Umumnya GERD ini tidak menimbulkan komplikasi serius, namun ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi seperti  Ulkus esophagus (luka pada lapisan/mukosa esophagus), striktur esophagus, gangguan paru dan tenggorokan dan Barrett’s Esophagus. Penanganan GERD tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Penderita dengan gejala ringan:
- Perubahan gaya hidup
- Turunkan berat badan bagi penderita dengan berat badan lebih atau gemuk
- Tinggikan kepala saat tidur sekitar 6 inci (15Â cm), jangan posisi telentang setelah makan dan hindari makan 2 hingga 3 jam sebelum tidur
- Hindari makanan atau minuman yang merangsang asam lambung, seperti kafein, cokelat, alkohol, peppermint, makanan berlemak
- Hentikan merokok. Merokok mengurangi jumlah air liur yang berguna untuk menetralisir asam lambung. Selain itu, merokok mengurangi tekanan LES dan merangsang batuk
- Hindari makan besar dan telat makan
- Hindari pakaian ketat
- Kunyah permen karet atau permen yang dapat meningkatkan jumlah air liur
- Obat-obatan seperti:
- Antasida
Umumnya merupakan campuran antara magnesium trisilicate, aluminum hydroxide atau calcium carbonate, yang bekerja dengan menetralkan PH lambung. Antasida mengurangi gejala heartburn dalam 5 menit, namun bekerja dalam jangka pendek (30-60 menit).
- Surface agents dan alginates
Berupa sucralfate yang melapisi permukaan mukosa, merangsang/mempercepat penyembuhan dan melindungi dari luka peptic.
- Angonis Histamine (ranitidine, famotidine, cimetidine)
H2RAs menurunkan sekresi asam lambung. H2RAs bekerja lambat namun memiliki durasi yang lama (4-10 jam), sehingga efektif untuk menurunkan frekuensi dan keparahan gejala heartburn dibandingkan antasida.
- Proton pump inhibitors
PPIs diberikan pada penderita yang telah gagal dengan terapi H2RAs dan pada pasien dengan esophagitis erosive dan/atau dengan gejala GERD yang sering dan berat yang menggangu kualitas hidup sehari-hari Pada penderita dengan gejala sedang hingga berat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter. Penanganan pada wanita hamil dan menyusui dimulai dengan perubahan gaya hidup dan bila perlu dapat mengkonsumsi antasida. Sebagian besar antasida aman untuk ibu hamil dan menyusui, kecuali antasida yang mengandung sodium bicarbonate dan magnesium trisilicate. Sucralfate dan H2RAs pun aman untuk ibu hamil dan menyusui. Pemeriksaan tambahan seperti upper endoscopy umumnya tidak dilakukan pada pasien GERD dengan gejala heartburn atau regurgitasi. Endoscopy tersebut direkomendasikan untuk pasien dengan muntah terus-menerus, adanya perdarahan, anemia, berusia lebih dari 50 tahun dengan gejala GERD kronis yang kesemuanya itu akan dipertimbangkan dan ditentukan oleh dokter. Dikutip dari: http://health-indo.com/post/61642539973/gerd-gejala-sakit-maag-yang-sering-dikira-serangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H