Akhir-akhir ini, begitu terasa tumbuh suburnya kesadaran keberagamaan di tengah masyarakat kita, baik secara kualitas maupun kuantitas. Fenomena kebangkitan kesadaran beragama ini secara sederhana dapat dilihat dari semakin semaraknya umat beragama yang menjalankan ritual keagamaan. Baik itu di kalangan orang tua, remaja dan anak-anakdari berbagai lapisan masyarakat.
Ditengah tumbuh pesatnya semangat keberagamaan itu, masih ada sebagian orang yang mempertanyakan, apakah semangat keberagamaan yang muncul itu memberikan dampak positif bagi tatanan sosial yang humanis, adil dan bermartabat? Atau jangan-jangan hanya sekedar menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, atau sekedar gaya hidup? Bersamaan dengan itu, masih ada juga yang ragu terhadap peran agama ketika mereka melihat justeru agama sebagai sumber malapetaka. Faktanya, dimana-mana masih terjadi konflik agama. Tragedi di Palestina, Philipina, Afrika Tengah dan beberapa negara lain termasuk di Indonesia, sampai hari ini masih terus muncul. Sepertinya, penganut agama telah ikut serta mendorong agama menjadi sumber konflik antar agama. Situasi ini membuat seolah-olah semangat keberagamaan menjadi problem sosial daripada menjadi dasar pemecahan permasalahan masyarakat.
Menurut hemat saya, kalau ekspresi keagamaan yang ada tersebut belum memberikan angin segar bagi transformasi sosial yang ideal, bahkan menjadi sumber malapetaka, berarti ada yang salah dalam menangkap pesan-pesan agama yang suci itu. Agama seakan-akan melegitimasi segala bentuk kekerasan, peperangan, pelecehan hak-hak azasi manusia, ketidakadilan dan berbagai macam kejahatan lainnya.
Sesungguhnya, jika penganut agama itu mampu menangkap pesan agama dengan benar --karena memang semua agama mengajarkan kebaikan-- maka mereka akan mampu meletakkan agamanya sebagai pembawa pesan-pesan kemanusiaan yang menjunjung tinggi martabat kemanusiaan. Nilai-nilai spiritualitas dan ajaran etiknya diyakini dapat mendorong lahirnya peradaban yang bermartabat dan humanis.
Penganut agama yang benar itu adalah mereka yang benar-benar mendalami agamanya kemudian mampu menterjemahkan pesan-pesan agamanya menjadi tindakan nyata yang berdampak pada kebaikan bagi semua manusia tanpa membeda-bedakan agama, Angolan, suku, ras dan bangsa. Agama kemudian benar-benar memiliki fungsi edukatif, kontrol sosial dan transformasi sosial bagi semua.
Kita semua tentunya harus menjadi penganut agama yang baik sesuai keyakinan kita masing-masing, sehingga kita secara bersama-sama mampu menjaga negeri kita dari potensi-potensi konflik yang saya khawatir justeru lahir dari mereka yang tidak pernah mendalami agama dan sunggu-sungguh menjalankan perintah agamanya. Tapi hanya karena kepentingan sesaat dan keserakahan, kemudian mereka tega menjadikan agama sebagai pemicu konflik, karena memang isu sara paling mudah dimainkan.
Kotagede, 10/08/2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H