Oleh : Ir. Ayom Budi Prabowo, M.Si *)
Ikan soro atau ikan kancra merupakan ikan asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomis penting karena beberapa keunggulan, diantaranya :
Hidup di sungai-sungai berarus deras dan dapat mencapai ukuran panjang 1 meter.
Rasanya lezat dengan tekstur daging lembut, mengandung protein albumin yang baik untuk kesehatan dan dapat dijadikan sushi.
Menjadi salah satu ikan konsumsi populer untuk kalangan menengah ke atas.
Konon bangsa  Belanda dahulu  menyebutnya  sebagai "java salmon" saat membawa ikan soro ke negerinya.
Dibeberapa daerah di Indonesia, ikan dewa nama lain dari ikan soro menjadi mitos dan bernilai budaya yang disakralkan, seperti di Jawa Barat dan Sumatera Utara. Sedangkan bagi sebagian orang Tionghoa, ikan soro dipercaya bakal membawa hoki dan panjang umur sehingga disajikan pada acara keluarga maupun keagamaan.
Harga ikan soro relatif mahal bisa mencapai 1 juta  rupiah per kg.
Di habitat aslinya ikan soro sulit ditemukan atau langka karena penangkapan dan karena faktor lain sehingga kini statusnya terancam punah. Oleh karena itu perlu diselamatkan sebelum punah.
Alhamdulillah, saat ini ikan soro berhasil didomestikasi, yaitu dikembangbiakkan dan dibudidayakan di luar habitat alamnya. seperti yang disaksikan saat kunjungan ke Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor.
Domestikasi ikan soro dilakukan antara lain dengan cara memanipulasi tempat hidupnya, seperti airnya jernih, bersih, berarus atau mengalir, kedalaman yang cukup dan substrat dasar berupa bebatuan kerikil berpasir. Â Juga ketersediaan fasilitas "hatchery indoor". Pembenihan dilakukan secara alami dan buatan.
Induk ikan soro memijah, kemudian setelah telur menetas,  larva atau "anakan" ikan  tumbuh sesuai tingkatan daur hidupnya, terakhir menjadi benih ikan yang siap tebar di kolam budidaya. Apabila dibandingkan dengan ikan mas, maka jumlah telur ikan soro sangat sedikit dan pertumbuhannya lambat.
Instalasi riset milik KKP RI ini memang aktif menyelenggarakan riset perikanan budidaya air tawar dengan menghasilkan berbagai jenis ikan unggul  dan plasma nutfah yang sangat berguna untuk menjaga keanekaragaman hayati perikanan air tawar Indonesia.Â
Saat ini sudah banyak yang membudidayakan ikan soro dengan keuntungan relatif besar, seperti di Bogor Jawa Barat. Permintaan ikan soro terus meningkat, terutama pesanan untuk acara keagamaan. Selain itu ikan soro hasil budidaya sudah masuk ke China, Hongkong, Malaysia, dan Singapura dengan nama mahseer atau kelah (Malaysia).
Kepada kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan), kelompok masyarakat konservasi (Pokmasi) dan pelaku usaha ikan soro dilakukan Pembinaan teknis, sosial dan ekonomi oleh peneliti dari instalasi riset dan pihak terkait lainnya. Hal ini dapat menciptakan suasana kondusif untuk kemajuan usaha, seperti saling tukar informasi dan pengalaman usaha.
 Adapun upaya konservasi dan pengayaan ikan soro di habitat aslinya tetap dilakukan, seperti restoking, sosialisasi dan rehabilitasi habitat.  Â
Demikian sekilas model domestikasi ikan soro yang menghasilkan spesies unggul. Kiranya  menjadi salah satu contoh untuk domestikasi ikan air tawar langka lain karena sesungguhnya potensi sumberdaya ikan air tawar Indonesia sangat besar.
Selanjutnya dipaparkan Wikipedia, bahwa Indonesia berada pada posisi ke-3 sebagai negara dengan spesies ikan air tawar terbanyak di dunia, dengan total spesies mencapai 1155 spesies. Untuk jumlah spesies ikan air tawar endemik, Indonesia memiliki total 440 spesies ikan air tawar endemik, berada di posisi ke-4, setelah Brazil (1716 spesies), China (888) dan Amerika Serikat (593 spesies).
Menurut Haryono, Peneliti Biologi LIPI, Indonesia belum memanfaatkan secara optimal potensi keanekaragaman jenis ikan tersebut, tapi sering mendatangkan dari luar negeri, seperti  ikan nila berasal dari Afrika. Ikan mas didatangkan dari negeri Cina. Ikan Bawal berasal dari Amerika Selatan. Ikan lele yang berkembang sekarang ini aslinya dari Afrika.
Oleh karenanya  pemerintah sesuai kewenangannya perlu melakukan domestikasi ikan langka yang terancam punah didaerahnya.
Langkah pertama yang penting adalah dimulainya  inventarisasi ikan dimaksud secara menyeluruh dengan melibatkan para pihak yang mengerti dan paham keberadaan ikan. Selanjutnya  mengoleksi ikan tersebut untuk stok sumber plasma nutfah sebagai bahan dasar pembentuk ikan unggul. Hal ini dapat dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis atau bekerja sama dengan lembaga yang kompeten, seperti Instalasi Riset KKP RI.
Semoga ikan endemik dan ikan asli Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal dengan tetap menjaga kelestarinya.Â
*) Pemerhati Kelautan dan Perikanan, Domisili Kabupaten Sukabumi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H