Mohon tunggu...
Aynul Irsyad
Aynul Irsyad Mohon Tunggu... IP24 -

Berproses dan berproses!?

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Anna Karenina, Cuma Angan-angan

31 Oktober 2016   01:19 Diperbarui: 31 Oktober 2016   01:25 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca Anna Karenina, muncul rasa simpati kepada Karenina. Tokoh yang dikhianati sang istri, Anna. Tapi Karenina adalah tipe lelaki dingin dan pekerja keras. Yang tidak akan membiarkan urusan keluarga mengganggu pekerjaannya di kementrian.

Jalan pikiran Karenina yang kaku justru menjadi petaka bagi sang istri. Karenina berpikir bahwa seburuk apapun kelakuan sang istri, cerai bukanlah jalan yang tepat. Bercerai akan mengganggu karirnya di kementrian, menelanjanginya di depan masyarakat yang mengagumi kerja kerasnya. Karenina juga berpikir istrinya tidak akan mendapat apa-apa dengan perceraian. Sebagai penganut Kristen yang taat, Karenina tau bahwa istri yang dicerai tidak dapat menikah dengan lelaki lain sebelum mantan suaminya meninggal.

Tapi Anna berpikir lain. Kehidupan cintanya selama bertahun-tahun denga Karenina adalah sebuah kisah yang dingin. Karenina terlalu kaku, bahkan untuk mengungkapkan rasa cintanya kepada Anna. Karenina seperti robot, robot yang gila bekerja, pikir Anna. Yang menjadi penenang hati Anna adalah putranya yang berusia 8 tahun.

Satunya-satunya harapan Anna adalah Karenina mau menceraikannya sehingga ia bisa menikah secara sah dengan Vronsky. Tapi Karenina teguh pendirian, Anna dan kekasihnya pergi.

Setelah membaca Anna Karenina, muncul keinginan untuk menulisnya ulang dari sudut pandang yang lain. Dan menurut saya sudut pandang yang paling menarik adalah sudut pandang Karenina.

Bagaiamana pergulatan batin Karenina menghadapi perlakuan istrinya. Bagaimana ia mencoba memecahkan masalah dengan sebaik-baiknya, seadil-adilnya, tentu saja adil menurut persepsinya.

Dalam novel sendiri pergulatan batin Karenina kurang digambarkan dengan rinci. Atau apa mungkin Karenina terlalu dingin, bahkan terlalu dingin untuk sampai membawa-bawa  perasaan pada masalah yang sedang dihadapinya. Inilah yang menurut saya yang menarik dari Karenina. Bagaimana ia bisa menempatkan diri pada konflik keluarganya. Bagaimana ia berusaha bersikap adil dan pemaaf bagi istrinya.

Tapi Anna telah dibutakan oleh cintanya pada kekasih barunya. Ia bodoh untuk menolak kesempatan dari Karenina. Atau memang seperti itukah wanita memuja cinta?

Tiba-tiba saya urungkan niat menulis ulang Anna Karenina dari sudut pandang lain. Saya sadar, apalah dalem ini, yang memilih media tulis tanpa editor.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun