Mohon tunggu...
Ayn Ghania
Ayn Ghania Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

MABIKO 23

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Komunikasi Tanpa Empati dalam Hubungan Sosial

6 Januari 2025   23:45 Diperbarui: 6 Januari 2025   23:40 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah Anda merasa frustrasi karena disalahpahami? Meski sudah memilih kata-kata dengan hati-hati, pesan yang disampaikan tetap tidak diterima sebagaimana mestinya. Situasi ini sering membuat kita merasa terisolasi, bahkan dari orang-orang terdekat. Komunikasi dalam hubungan tidak selalu berjalan lancar. Faktor seperti perbedaan latar belakang, budaya, atau asumsi yang keliru sering kali mengganggu proses ini, berisiko merusak hubungan. Namun, komunikasi yang efektif bukanlah sekadar berbicara; tetapi  juga melibatkan mendengarkan aktif, memahami perspektif orang lain, dan berempati.

Artikel ini bertujuan untuk memahamkan pembaca tentang empati dan dampaknya jika tidak diterapkan dalam hubungan sosial. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, kita dapat menciptakan hubungan yang lebih sehat dan harmonis, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial.

Memahami Empati dalam Komunikasi

Empati merupakan kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain, sekaligus melihat suatu situasi dari sudut pandang mereka. Secara etimologis, istilah ini berasal dari bahasa Jerman, einfhlung, yang berarti "merasa ke dalam." Dalam konteks komunikasi, empati memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun hubungan yang mendalam dan penuh rasa hormat. Komunikasi empatik melibatkan kemampuan untuk mendengarkan dengan mata, telinga, dan hati. Dengan mendengarkan secara aktif, komunikasi dapat mencapai tingkat pemahaman yang lebih dalam dan mengurangi potensi kesalahpahaman (Zulvianti, 2012).

Dengan demikian, empati menjadi elemen utama dalam komunikasi yang efektif. Kehadirannya mampu mengurangi potensi kesalahpahaman dan memperkuat kepercayaan di antara individu, menjadikannya fondasi yang kokoh bagi hubungan yang harmonis.

Komunikasi dengan Empati vs Tanpa Empati: 

Komunikasi dengan Empati:

Komunikasi yang dilakukan dengan empati memiliki beberapa karakteristik utama yang membedakannya dari komunikasi biasa, yaitu:

  • Mendengarkan Aktif: Individu yang berkomunikasi dengan empati selalu mendengarkan dengan penuh perhatian. Mereka menunjukkan minat yang tulus terhadap apa yang diungkapkan oleh lawan bicaranya, memastikan bahwa setiap pesan yang disampaikan benar-benar dipahami.
  • Respon yang Sensitif: Respons yang diberikan oleh individu berempati senantiasa mempertimbangkan perasaan dan sudut pandang orang lain. Hal ini menciptakan rasa saling menghargai, yang menjadi landasan dari hubungan yang sehat.
  • Keterbukaan Emosional: Komunikasi ini sering kali melibatkan berbagi perasaan dan pengalaman pribadi, yang memperkuat ikatan emosional.
  • Membangun Kepercayaan: Dengan menunjukkan empati, individu dapat membangun kepercayaan dan menciptakan lingkungan yang aman untuk berbagi.

Komunikasi Tanpa Empati:

Komunikasi yang dilakukan tanpa empati memiliki beberapa karakteristik utama yang membedakannya dari komunikasi biasa, yaitu:

  • Mendengarkan Pasif: Dalam komunikasi tanpa empati, individu mungkin hanya mendengarkan secara fisik tanpa benar-benar memahami atau merasakan apa yang dikatakan oleh orang lain.
  • Respon yang Dingin atau Tidak Relevan: Respons yang diberikan cenderung tidak mempertimbangkan perasaan orang lain, sering kali terdengar mekanis atau tidak peduli
  • Kurangnya Keterbukaan: Komunikasi ini biasanya bersifat satu arah, di mana individu tidak merasa nyaman untuk berbagi perasaan atau pengalaman pribadi.
  • Meningkatkan Ketegangan: Tanpa empati, komunikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman, konflik, dan ketegangan dalam hubungan, karena individu merasa tidak dihargai atau diabaikan.

Dampak Negatif Komunikasi Tanpa Empati

Dampak negatif dari komunikasi tanpa empati dapat mencakup beberapa hal, antara lain:

  • Distorsi Hubungan: Ketika komunikasi dilakukan tanpa empati, prasangka negatif dapat muncul, yang dapat merusak hubungan antar individu. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik yang tidak perlu .
  • Kegagalan dalam Mendengarkan: Kurangnya empati sering kali berujung pada kegagalan dalam mendengarkan secara efektif. Hal ini dapat mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak dipahami dengan baik, sehingga komunikasi menjadi tidak efektif .
  • Munculnya Konflik: Komunikasi yang tidak empatik dapat memicu konflik, karena individu mungkin merasa diabaikan atau tidak dihargai. Ketidakmampuan untuk memahami perspektif orang lain dapat menyebabkan sikap saling menghakimi dan menyalahkan .
  • Rendahnya Rasa Harga Diri: Komunikasi yang tidak empatik dapat mengurangi rasa harga diri individu, karena mereka merasa tidak didengar atau dihargai. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional mereka .
  • Keterasingan Sosial: Tanpa empati, individu mungkin merasa terasing dari orang lain, yang dapat mengurangi ikatan sosial dan dukungan yang penting dalam kehidupan sehari-hari .

Contoh Kasus : seorang manajer yang memberikan umpan balik kepada salah satu karyawan, sebut saja Rina. Manajer tersebut sangat fokus pada hasil kerja dan tidak memperhatikan perasaan Rina. Ia langsung mengkritik hasil kerja Rina tanpa mempertimbangkan usaha yang telah Rina lakukan. Jika manager itu tidak memiliki menerapkan empati, dia bisa saja berkata seperti, "Rina, laporan ini tidak memenuhi standar. Kamu harus lebih baik lagi. Ini sangat mengecewakan."

Dalam situasi ini, manajer tidak menunjukkan empati. Ia hanya fokus pada kesalahan dan tidak mempertimbangkan bagaimana kata-katanya dapat mempengaruhi Rina. Akibatnya, Rina merasa diabaikan dan tidak dihargai. Ia mungkin merasa marah, sedih, atau bahkan kehilangan motivasi untuk bekerja. Menurut Carl Rogers, kendala utama komunikasi antarpribadi adalah kecenderungan alamiah untuk menghakimi, menilai, menyetujui, atau membantah pernyataan orang lain. Empati mengharuskan adanya sikap saling memahami untuk mencapai keberhasilan komunikasi (Ade Masturi, 2010).

Strategi untuk Meningkatkan Empati dalam Komunikasi

Untuk meningkatkan empati dalam komunikasi, beberapa strategi yang dapat diterapkan meliputi:

  • Mendengarkan Aktif: Fokus pada apa yang dikatakan oleh orang lain tanpa menginterupsi. Tunjukkan bahwa Anda benar-benar mendengarkan dengan memberikan umpan balik yang sesuai dan mengajukan pertanyaan yang relevan.
  • Menggunakan Bahasa Tubuh yang Positif: Tunjukkan keterbukaan dan perhatian melalui kontak mata, anggukan, dan postur tubuh yang terbuka. Ini dapat membantu menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung.
  • Menempatkan Diri pada Posisi Orang Lain: Cobalah untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain. Ini dapat dilakukan dengan bertanya kepada diri sendiri bagaimana Anda akan merasa jika berada di posisi mereka.
  • Menghindari Penilaian: Saat berkomunikasi, hindari membuat asumsi atau penilaian tentang orang lain. Fokus pada pemahaman dan penerimaan perasaan mereka.
  • Berlatih Kesadaran Emosional: Kenali dan pahami emosi Anda sendiri serta bagaimana emosi tersebut dapat mempengaruhi komunikasi Anda. Ini membantu dalam merespons dengan lebih empatik.
  • Memberikan Umpan Balik yang Empatik: Saat merespons, gunakan frasa yang menunjukkan pemahaman, seperti "Saya mengerti bahwa ini sangat sulit bagi Anda" atau "Saya bisa merasakan betapa frustrasinya situasi ini."
  • Membangun Hubungan yang Kuat: Luangkan waktu untuk mengenal orang lain secara lebih mendalam. Hubungan yang kuat dapat meningkatkan kemampuan untuk berempati.
  • Menggunakan Cerita atau Pengalaman Pribadi: Terkadang, berbagi pengalaman pribadi yang relevan dapat membantu orang lain merasa lebih terhubung dan dipahami.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, komunikasi empati dapat ditingkatkan, yang pada gilirannya dapat memperkuat hubungan interpersonal dan meningkatkan efektivitas dalam pelayanan masyarakat.

Kesimpulan

Komunikasi tanpa empati sering menjadi akar kesalahpahaman dan konflik dalam hubungan sosial. Sebaliknya, komunikasi yang dilandasi empati mampu menciptakan pemahaman yang mendalam, memperkuat ikatan emosional, dan membangun rasa saling percaya. Untuk menciptakan hubungan yang harmonis, kita perlu meningkatkan empati melalui mendengarkan aktif, memahami perspektif orang lain, dan menghindari penilaian. Sebagaimana kata Maya Angelou, "Orang mungkin melupakan apa yang Anda katakan, tetapi tidak akan melupakan bagaimana Anda membuat mereka merasa." Jadikan empati fondasi setiap hubungan untuk membangun koneksi yang lebih kuat dan bermakna.

https://bk.fip.unesa.ac.id/

Daftar Pustaka

Ade Masturi. "Membangun Relasi Sosial Melalui Komunikasi Empatik (Perspektif Psikologi Komunikasi)." Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto, Vol. 4 No. 1, Januari--Juni 2010, pp. 14--31.

Zulvianti, Nora. "Komunikasi Empati dalam Pelayanan Masyarakat." Jurnal Ilmiah Dakwah dan Komunikasi, Vol. IV No. 6, Oktober 2012, pp. 96--109.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun