Mohon tunggu...
ayma arsyaningrum
ayma arsyaningrum Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa fmipa yang tidak menyukai sains

Tidak perlu kenal lebih jauh, khawatir jatuh cinta

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Negara Peradaban dalam Keabadian

26 April 2022   18:59 Diperbarui: 26 April 2022   19:05 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Duduklah sejenak, biar kuceritakan bagian penting dari sejarah yang tak dihargai

tentang luka yang membekas, bersamaan dengan sesal

tanda perginya para pembela demi tanah tercinta.

 

Negara Peradaban dalam Keabadian 

karya Ayma Arsyaningrum 

Aungan dari seonggok daging tak tahu diri

Menipu, melukai, merana sepi

Rajutan-rajutan yang tak pernah selesai terurai panjang di tengah jalan

Benang harapan yang tak bisa ditemukan meski kepahitan terukir begitu dalam

Aungan ini kotor, berantakan, tak jarang bahkan dilupakan, apalagi didengar?

Perjuangan seonggok daging yang kehilangan darah, demi Tanah Air tercinta, ketika mungkin saja mati Tanpa Nama

Menerjang, meradang, menendang-nendang, dan yang pasti; melawan.

Rintihan para perawan muda bersautan bak perdebatan tingkat benua,

Diwarnai dentuman senjata yang tak mau mengalah tuk mendominasi langit senja

Sejarah panjang seakan tak berujung, layaknya berdiri di atas tanduk , pucuk kepemimpinan seakan tak bertajuk

Tikus berdasi putih justru mengganti kemerdekaan yang sudah lama ditampuk

Oh, bagaimana bisa peradaban berkembang lebih buruk daripada kisah si punduk?

Lestari tanahnya, pun daulatnya sudah merdeka dari neraka

Banyak budaya dan cita-cita yang dipegang oleh pemuda

Untuk merawat ingatan bahwa pahlawan kita pernah berkoar di atas toa

Wahai pemuda; engkaulah yang akan mengguncangkan dunia dan alam semesta

Jakarta, oktober 2021

Terinsiprasi oleh kakak tercinta, maulida ayu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun