Mohon tunggu...
Ayla Rahma Aurellia Putri
Ayla Rahma Aurellia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

UNIVERSITAS MUHHAMDIYAH PONTIANAK KAMPUS SINTANG

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bisnis di Balik Covid-19?

25 Maret 2021   15:26 Diperbarui: 25 Maret 2021   15:35 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sempat viral karena video kontroversinya be berapa waktu lalu, dokter yang juga pengusaha Tirta Mandira Hudhi mengaku resah dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Pria yang akrab disapa dr Tirta ini mengungkapkan beberapa halfyang janggal terkait test Covid 19.

"Enggak bisa tidur, gatal buat nulis, toh pagi nanti saya masih rapat relawan. Ayok. Kita bahas masalah demi masalah yang mengganjal di mata saya. Tujuh bulan sudah info lumayan dan lengkaplah. Rapid test: bisnis/gimmick/solusi? Silakan Anda nilai sendiri," tulisnya.

Yang pertama, ia menyebut bahwa pada Maret 2020, tiba-tiba muncul statement alat tes Covid-19 yang ternyata rapid test berbasis serology. Ia menegaskan bahwa sebenarnya alat tes yang diklaim sebagai alat tes Covid-19 tersebut merupakan screening test yang tidak bisa dijadikan sebagai patokan.

Kemudian, ia menambahkan bahwa Persatuan Dokter Lab, tidak merekomendasikan rapid, alih-alih harusnya perbanyak PCR swab test agar bisa cepat.

"Rapid test tiba-tiba dibuat sebagai syarat semua kerjaan, administrasi, transportasi dkk. Tapi warga disuruh bayar sendiri? Logis? Rapid test serology disamakan kayak SKCK bung!," tandasnya.

Pada point selanjutnya Tirta mengingat bahwa pada Mei 2020 harga rapid test berada di kisaran Rp300-400 ribu. Tiba-tiba harga rapid test turun ke angka Rp100-150 ribu pada saat ini.

"Kok iso? Lah kalau sekarang bisa murah? Terus dulu-dulu mahal, itu bagaimana? Berarti harga modal sejatinya rendah, tapi karena enggak ada batasan harga eceran tertinggi, jadinya mahal. Jujur saja, pure ini bisnis! Ada ceruk laba yang diambil di sini! Ayok, pembelian rapid harus diaudit! Berani atau enggak?," tegasnya.

Kemudian Tirta mengajak semuanya bersuara soal kejanggalan rapid test. "Rapid test serology hasilnya berlaku sampai 14 hari setelah rapid. Padahal false positif dan negatif tinggi. Apa yang menjamin kalau rapid saya negatif, terus test berlaku 14 hari, padahal 14 hari saya keliling-keliling, terus tetap aman gitu? Atau buat ayem-ayem aja? Jujur bos!," tandasnya.

"Rapid test serology. Saya yakin suatu saat harus diaudit, kenapa kok enggak ambil swab PCR saja yang jelas gold standard? Dan kasih gratis ke semua warga di wilayah red zone. Ini baru satu hal selama saya di lapangan selama tujuh bulan," tegasnya.

Sambungnya, ia juga memperkuat pernyataan soal rapid test bagian dari bisnis. Dia menunjukkan pesan dari seseorang ke dirinya yang menawarkan alat rapid test. Penawaran itu dikirimkan ke dirinya pada bulan April 2020 lalu.

"Enggak sia-sia ane gerak tujuh bulan. Di April rapid harga gila-gilaan. Sekarang? Berapa? Gue bahkan sudah punya data lengkap siapa saja yang menawari gue rapid dari April-Juli. Tipis-tipis kita goreng," sebutnya.

Video dr. Tirta tersebut kemudian diunggah kembali oleh akun Instagram @prawarta.id.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun