Mohon tunggu...
Ayi Yuliandari
Ayi Yuliandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia

Seseorang yang suka mengambil foto langit, bunga dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Karakter pada Anak-anak Melalui Dongeng di Lingkungan Cimoyan

16 Agustus 2022   16:17 Diperbarui: 16 Agustus 2022   16:24 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, pendidikan karakter tengah gencarnya digalakan di lingkungan sekolah, khususnya untuk usia peserta didik yang masih duduk di bangku sekolah. 

Melansir https://www.kemdikbud.go.id/, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Melalui pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) UPI ini, salah satu mahasiswa prodi PGSD dari Kampus Daerah Serang, yaitu Ayi Yuliandari melaksanakan pembacaan dongeng atau cerita anak di Lingkungan Cimoyan, Kelurahan Sepang, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Banten.

Antusiasme anak-anak yang berkumpul dan mendengarkan sangat positif dan senang saat mendengarkan cerita “Batu Menangis” dan “Danau Toba”. 

Hal tersebut dapat dilihat dari reaksi anak-anak yang serius saat mendengarkan, responnya pun sejalan dengan cerita yang dibawakan, anak-anak juga sudah bisa memberikan komentar atau tanggapan sesuai adegan dari cerita yang dibacakan.

“Dosa,” ucap Aulia, salah satu anak yang mendengarkan cerita Batu Menangis saat Putri (tokoh utama) bersikap malas dan juga tidak mengakui ibunya kepada orang-orang yang bertanya. 

Selain itu, anak-anak dapat menangkap pesan moral dari cerita yang telah dibacakan dengan baik. Aulia, Mikayla, dan teman-temannya bisa menyimpulkan bahwa perbuatan Putri dalam Batu Menangis dan Petani dalam Danau Toba (yang melanggar janjinya) adalah perbuatan tidak baik dan tidak patut untuk ditiru (Putri yang tidak mengakui ibunya dan petani yang tidak menjaga ucapannya).

Harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang diterapkan dalam pembacaan kedua cerita (Batu Menangis dan Danau Toba) bisa dilaksanakan oleh anak-anak dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik).

Pada olah hati (etik), anak-anak memiliki perasaan, sikap, dan keyakinan/keimanan yang menghasilkan pribadi jujur (afektif). Pada olah rasa (estetis), emosi jiwa anak-anak dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. 

Pada olah pikir (literasi), anak diajarkan untuk berpikir sebelum bertindak dan ada sebab-akibat atas perbuatan yang telah dilakukan. Pada olah raga (kinestetik), yaitu gerak anak dalam perbuatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun