Mohon tunggu...
Ayipudin
Ayipudin Mohon Tunggu... Penulis - Penggerak Komunitas Literasi Buku Babon

Pembaca Buku Babon, Pecinta Kuliner Kambing & Penyuka Musik Rock

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

33 Tahun JNE: Merawat Pendidikan, Tumbuhkan Kolaborasi dan Kreativitas Guru

30 Juni 2024   22:00 Diperbarui: 30 Juni 2024   22:01 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Hasil perengkingan  Program for International Student Assessment (PISA) 2022 yang rilis pada 5 Desember 2023 Indonesia berada di pringkat 68 dengan skor : untuk literasi 371, sains  398 dan matematika 379. Untuk literasi peringkat Indonesia naik 5 posisi dibanding sebelumnya. Sementara matematika, juga naik 5 posisi sedangkan untuk sains naik 6 posisi. Peningkatan ini merupakan capaian paling tinggi secara peringkat sepanjang sejarah Indonesia mengikuti PISA. Namun, jika dilihat hasil Skor literasi membaca internasional di PISA 2022 rata-rata turun 18 poin sedangkan skor Indonesia mengalami penurunan sebesar 12 poin yang merupakan penurunan dengan kategori rendah dibandingkan negara-negara lain. Program PISA 2022 melibatkan 81 negara dan 690 ribu siswa. PISA sendiri adalah lembag survei evaluasi sistem pendidikan di dunia yang mengukur kinerja siswa kelas pendidikan menengah per tiga tahun sekali. Lantas, Mengapa peringkat PISA Indonesia naik?

Transformasi Teknologi  

Glombang pandemi jika dipandang dari sudut yang berbeda telah membawa dampak positif. Yaitu, mempercepat transformasi digital. Pandemi seakan bisa dikatakan sebagai pintu pembuka revolusi industri. Dalam sejarahnya perkembangan revolusi industri telah bergulir sejak abad ke 18 yang ditandai dengan penemuan mesin uap dikenal dengan revolusi industri 1.0. Barulah pada abad 19 sampai 20 ditemukannya mesin listrik sebagai penanda  revolusi industri 2.0. Selanjutnya tahun 70-an beralih kepada revolusi industri 3.0 dengan ditemukannya komputerisasi.

Terjadinya trnsformasi teknologi berdampak pada semua sektor seperti penerapan Artificial Intelligence, big data, konektivitas 5G, sampai pada kendaraan otomatis. Transformasi teknologi memberikan dampak terhadap perubahan sosial, terjadinya perubahan demografi, meningkatnya usia harapan hidup, tumbuhnya migrasi, urbanisasi serta keragaman budaya. Dan pada akhirnya dari transformasi teknologi dan sosial tersebut berdampak juga pada  lingkungan, serta meningkatnya kebutuhan energi, perubahan iklim, menipisnya bahan bakar fosil sampai dengan terjadinya krisis air.

Transformasi teknologi membawa dampak perubahan dalam segala bidang tak terkecuali dalam sektor pendidikan yang sangat signifikan. Akan muncul jenis pekerjaan baru yang jika tidak dipersiapkan secara matang oleh lembaga pendidikan maka tidak menetup kemungkinan generasi yang akan datang sulit bersaing. Pergeseran perubahan kebutuhan tenaga kerja di masa depan sangat dipengaruhi beberapa aspek diantaranya adalah; kognitif 15%, sistem 17%, Pemecahan masalah 36%, konten 10%, proses 18%, sosial 19%, manajemen sumber daya 13%, teknis12%, fisik 4% (World Economic Forum: Analisa Kearny Kemendikbud). Artinya, kebutuhan dalam memechkan msalah serta kemampuan kognitif dan sosial menjadi semakin penting. Sementara, kemampuan dan kebutuhan fisik akan semakin berkurang. Dengan demikan lembaga pendidikan perlu berbenah serta guru dipacu untuk adaptif dengan segala perubahan.

Guru dan Lompatan Kretivitas

Profesionalisme dan kreativitas guru telah mengalami ujian ketika pendemi, kita lihat saja ketika pembelajaran jarak jauh diberlakukan maka secara keseluruhan sekolah-sekolah mengalami kendala. Guru hanya membagikan tugas melalui Whatsapp selain itu banyak murid yang mengeluh tidak ada penjelasan dari guru tentang materi yang mereka kerjakan. Akar masalahnya adalah guru kurang dibekali dengan literasi digital dan kecakapan teknologi untuk memanfaatkan sarana yang ada. Maka, tidaklah mengherankan guru yang berada di wilayah terpencil mengalami keterbatasan fundamental seperti akses internet yang tidak ada atau keterbatasan ekonomi orangtua murid dan fasilitas digital sekolah yang serba terbatas.

Menurut data Pustekom Kemendikbud guru di Indonesia masih rendah dalam menguasai teknologi. Hanya 40 persen saja yang siap. Kreativitas  tenaga pengajar yang kesulitan beradaptasi dengan metode pembelajaran daring sangat terlihat jelas ketika awal pandemi-19. Akan tetapi peran guru tidak menyerah terhadap keadaan ia harus bangkit memaksanya  untuk beradaftasi dengan cepat. Alhasil, para pendidik yang dominan saat ini termasuk guru, dosen, pelajar dan mahasiswa menjadi akrab dan mahir menggunakan berbagai perangkat dan media untuk mendukung pembelajaran online.

Transformasi digital dalam sektor pendidikan saat ini sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat. Paradiga pembelajaran sangat berubah dengan cepat salah satunya adalah webinar,  yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi berbasis internet seperti Google Meet, Zoom serta beberapa aplikasi pembelajaran lainnya. Perubahan paradigma pemebelajaran ini memungkinkan terjadinya proses transfer pengetahuan tanpa sekat. Jika tugas guru dimaknai hanya sebatas menyampaikan pengatahuan semata tak ubahnya youtub. tugas guru lebih dari sekedar merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran murid. Guru dengan kesadaran yang dimilikinya baik secara individu atau kolektif dituntut untuk terus belajar artinya setiap waktunya guru harus siap belajar sepanjang hayat itulah yang membedakan profesi guru dengan profesi lainnya.

Guru juga harus menyadari bahwa banyak hal yang harus dipelajari untuk meningkatkan kapasitas diri terutama menghadapi dinamika peserta didik yang makin hari tantanggannyapun makin besar. Teknologi tanpa diberengi dengan daya kreativitas maka yang terjadi guru hanya mampu mempergunakan alat namun miskin imajinasi, guru wajib menjadi insan pembelajar sepanjang hidupnya. Situasi lainnya yang harus dihadapi guru saat ini dan di masa depan adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin cepat serta derasnya arus informasi membuat guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar.

Bagi seorang guru yang mencintai profesinya selalu ada kemauan dan semangat  untuk terus mengembangkan diri serta mengupgrade diri sudah menjadi kebutuhan. Sekarang para guru sudah mahir menggunakan beragam aplikasi pembelajaran untuk mengajari peserta didik. Yang tadinya mengupload tugas dengan whatsapp skarang sudah lebih maju memilih mengajar lewat Zoom, Webex, Google Clasroom dan sebagainya. Jika dulu guru sering menghindari aktivitas belajar online seperti mengetik materi dengan Microsoft word, membuat power point namun kini aktivitas tersebut makin diminati dan guru semakin kreativ merancang dan mendesain pembelajaran seperti membuat video ajar animasi sampai melakukan pembelajaran interaktiv melalui berbagi aplikasi pembelajaran. Dengan demikian, tidaklah mengherankan  jika salah satu indikator  skor PISA menjadi naik dari skor sebelumnya adalah adanya keterlibatan peran guru yang adaptif dengan transformasi teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun