Mohon tunggu...
Ayip Tayana
Ayip Tayana Mohon Tunggu... Nahkoda - Keterangan

Bukan Pejuang Kata

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pilkada 2020: Belajar dari DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah

6 Desember 2020   05:17 Diperbarui: 6 Desember 2020   05:21 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pemilihan pada pilkada serentak 2020 akan dilaksanakan pada 9 desember nanti, kurang dari 3 hari lagi, sejumlah lembaga survei telah merilis atau melaporkan hasil survei tentang elektabilitas kandidat disetiap daerah. 

Ada lemabaga survei yang menyatakan pasangan “A” menang dengan selisih 5%, selisih 10%, selisih 20%, dan juga kalah dengan selisih presentase yang telah disampaikan. Rilis dan laporan dari lembaga survei tersebut seringkali menjadi bahan evaluasi dan koreksi bagi tim sukses dan kandidat agar bekerja lebih baik lagi.

Kita tahu, Pilgub DKI 3 tahun lalu telah memberi hasil yang sangat di luar dugaan dengan meloloskan Anis-Sandi ke putaran kedua, dan meninggalkan kandidat terkuat Agus-Sylvi.

Beberapa lembaga survei menjelang pemilihan putaran pertama, seperti  LSI, Indikator Politik, Poltracking Indonesia, hingga Alvara Research Center menempatkan pasangan Anis-Sandi sebagai pasangan cagub cawagub dengan elektabilitas paling rendah di antara ketiganya.

Namun apa yang terjadi, meski berada di peringkat kedua dari hasil rekapitulasi yang dikeluarkan KPU, Anis-Sandi menang dengan selisih yang cukup jauh meninggalkan Agus-Sylvi dan bahkan hanya selisih 3 persen dari Ahok-Djarot. Dan dengan kemenangannya di putaran kedua, membuktikan bagaimana model kampanye yang diterapkan oleh tim pemenangan mereka telah tepat sasaran sesuai psikologis pemilih di DKI.

Sementara di Jabar, kasus serupa juga terjadi. Pasangan Sudrajat-Syaikhu yang diusung oleh partai Gerindra, PKS, dan PAN telah melampaui survei yang dirilis lima lembaga survei yang menempatkan mereka di bawah pasangan Ridwan-UU (PPP, PKB, NasDem, dan Hanura) dan Deddy-Dedi (Demokrat dan Golkar), yang masing-masing menjadi kandidat terkuat satu dan dua.

Bahkan Indo Barometer memprediksi Sudrajat-Syaikhu hanya memperoleh 6 persen suara dari hasil survei yang mereka keluarkan. Jauh di atas Ridwan-Uu dengan 36,9 persen dan Deddy-Dedi 30,1. Sudrajat-Syaikhu hanya satu persen lebih baik dari pasangan TB Hasanuddin-Anton dengan 5 persen.

Tak jauh berbeda dengan keempat lembaga survei lain yang hampir semuanya memprediksi suara pasangan Sudrajat-Syaikhu tak akan lebih dari 10 persen. 

SMRC, lewat survei yang mereka keluarkan memprediksi Sudrajat-Syaikhu hanya dapat 7,9 persen. Lagi-lagi hanya satu persen di atas TB Hasanuddin-Anton dengan 6,5 persen.

Lalu apa hasilnya? 

Hasil rekapitulasi resmi KPU menempatkan Sudrajat-Syaikhu di posisi kedua terbanyak dengan 6.317.465 suara dengan persentase 28,74. Ridwan-Uu hanya menang dengan selisih 4,14 persen atau 908.789 suara. Tentu hasil itu jauh di atas prediksi dari beberapa rilis yang dikeluarkan lembaga survei.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun