Mohon tunggu...
Ayip Tayana
Ayip Tayana Mohon Tunggu... Nahkoda - Keterangan

Bukan Pejuang Kata

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mempertanyakan Relevansi Aksi Heroik Mencegat Moge dengan Rokok

18 Agustus 2015   19:31 Diperbarui: 19 Agustus 2015   01:10 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepintas membaca judul tersebut sepertinya tidak ada hubungan antara aksi heroik yang dilakukan oleh Elanto Wijoyono ketika mencegat rombongan motor gede yang dinilainya melanggar aturan serta dinilai arogan pada beberapa waktu lalu, dengan persoalan rokok.

Saya sendiri cukup bingung memang melihatnya, namun kedua hal tersebut sempat muncul dipermukaan. Termasuk hal tersebut disinggung oleh Elanto Wijoyono sendiri dalam sebuah kicauannya di twitter yang mengatakan “di jalan raya ketemu konvoi arogan, di dalam bus ketemu orang menghisap rokok. Ruang publik kita memang sudah mati,” begitu celotehnya.

Lalu nada yang hampir serupa juga muncul dari sebuah akun anonim yang bernama Kartolo. Dalam akun Facebooknya, dia menulis bahwa perilaku pengendara Moge sama dengan perokok. Baginya perokok yang menuntut adanya ruang khusus merokok itu sama saja dengan Moge yang menuntut jalan dibuka untuk kepentingan mereka.

Saya ingin menanggapi kedua pandangan tersebut diatas, dalam bingkai analisis saya yang saya coba sebisa mungkin cukup objektif.

Pertama, saya pribadi mendukung aksi heroik yang dilakukan oleh Elanto Wijoyono yang mencegat Moge yang dianggapnya melanggar lalu lintas dan menafikan kepentingan publik. Walau demikian saya juga mengkritik dia, karena aksi yang dia lakukan seperti diskriminatif.

Kenapa saya katakan diskriminatif, karena pelanggaran lalu lintas dan arogansi Moge di jalan raya, sebenarnya bukan hanya dilakukan oleh kelompok Moge saja. Jika kita perhatikan khususnya di kota-kota besar di Indonesia, perilaku serupa juga biasa dilakukan oleh kelompok pengendara motor dengan jenis lain ketika melakukan touring.

Mereka pasti mempunyai sirine, dan berjalan dengan bergerombol dalam jumlah yang besar. Kadang tanpa pengawalan polisi, namun seperti memaksa para pengguna kendaraan lain untuk minggir dan memberi jalan bagi kelompok mereka. Dan saya rasa Elanto Wijoyono juga mengetahui hal tersebut. Maka jika dia mau adil, kelompok-kelompok motor lainnya tersebut juga sebaiknya ia cegat dan hentikan ditengah jalan. Tak pandang bulu apakah mereka pengguna Moge atau Mocil, Motor Kecil. Selama melanggar aturan, ya cegat dan hentikan.

Di Jakarta sendiri, perilaku pengguna kendaraan dalam kehidupan sehari-hari juga cukup memprihatinkan. Berhenti didepan zebra cross, menerobos lampu merah, melawan arah, memutar balik ditempat yang dilarang, atau bahkan menaiki trotoar yang merupakan tempat bagi para pejalan kaki. Semua harus dicegat, karena semua arogan.

Bagi saya, arogansi bukan hanya milik pengendara Moge, tapi ketika orang bergerombol dalam jumlah yang banyak, maka akan memiliki kecenderungan arogansi. Bahkan mungkin juga arogansi itu muncul dari pengguna sepeda seperti Elanto Wijoyono, ketika bergerombol dalam jumlah yang banyak. Atau mungkin juga muncul dalam diri saya ketika saya berjalan kaki dalam jumlah yang banyak. Mungkin saya akan menyebrang jalan sembarangan, karena kami merasa jumlah saya banyak dan yang lain harus mengalah dan kalah oleh kami. Mungkin.

Oleh sebab itu saya katakan bahwa yang dilakukan oleh Elanto Wijoyono adalah sebuah aksi heroik, karena dia telah memilih sasaran yang tepat, yang akan membuat dia mendapatkan apresiasi dukungan dari publik. Terlebih lagi aksi tersebut kemudian di rekam dan disebarkan di dunia maya. Alhasil, dalam waktu sekejap, Elanto Wijoyono telah menjadi selebritis dengan aksinya.

Namun terlepas dari itu semua, saya tetap mengapresiasi Elanto Wijoyono, dan berharap dia terus melakukan aksi tersebut secara konsisten, tidak hanya sekali ini saja, dan tanpa melihat siapapun pengguna motornya. Jika ada yang melanggar lalu lintas, cegat, rekam dan sebarkan. Terus setiap hari.

Pertanyaan saya selanjutnya adalah, kenapa dia menghubungkan aksi tesebut dengan persoalan rokok? Selidik punya selidik, ternyata Elanto Wijoyono adalah salah seorang aktivis anti rokok di Jogja, sementara Kartolo adalah aktivis anti rokok di Jakarta. Mungkin mereka saling mengenal atau berjejaring sesama pegiat anti rokok.

Saya tak melihat relevansi arogansi antara pengguna Moge dengan perokok. Kalau perokok meminta haknya ada tempat khusus merokok di ruang publik, itu karena amanat UU Kesehatan pasal 115 ayat 1 memang menyebutkan hal tersebut. Jadi bukan arogan kalau perokok meminta itu, terkecuali memang aturan tersebut tidak ada atau aturan tersebut multi tafsir seperti aturan soal pengawalan polisi untuk kondisi darurat, yang berhubungan dengan konvoi Moge.

Saya justru curiga, ketika Elanto Wijoyono dan Kartolo menyinggung soal perokok adalah karena mereka mencoba memanfaatkan momentum popularitasnya tersebut, dan momentum publik yang mengapresiasi aksinya tersebut, untuk kepentingan kampanye mereka tentang anti rokok.

Jika mereka mau menghubungkan dengan rokok, seharunya mereka menyatakan bahwa asap knalpot yang ditimbulkan dari kendaraaan bermotor seperti Moge dan lain sebagainya, itu berbahaya bagi kesehatan. Mungkin itu lebih relevan bagi saya.

Kalau benar dugaan saya seperti itu, maka saya akan menarik apresiasi saya kepada Elanto Wijoyono. Bukan karena saya seorang perokok. Namun karena aksi heroiknya tersebut ditunggangi untuk kepentingan dia yang lain, soal kampanye anti rokok. Artinya juga tidak murni dia berjuang melakukan aksi yang beresiko untuk kepentingan publik yang diambil oleh pengendara Moge.

Saya tak bisa menyimpulkan analisis saya ini, saya hanya sekedar berkomentar dan berpendapat. Dan semoga, Elanto Wijoyono atau Kartolo itu membaca dan menanggapi tulisan saya ini.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun