Sebuah kisah yang diceritakan oleh Syekh al-Qalyubi mengajarkan pentingnya kejujuran. Seorang pembeli rumah menemukan peti berisi harta karun. Merasa itu bukan miliknya, ia mengembalikannya kepada penjual, tetapi penjual menolak karena telah menjual rumah beserta isinya. Meski begitu, pembeli tetap menolak mengambilnya karena merasa hanya membeli rumah.
Kejujuran adalah nilai yang sangat dihargai dalam Islam, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dalam bahasa Arab, jujur disebut al-shidqu, yang berarti kebenaran. Seorang yang jujur, atau al-shiddiq, konsisten dalam berkata dan bertindak sesuai kenyataan, karena menyadari bahwa Allah selalu mengawasi.
Al-Qur'an memuji orang-orang yang jujur dan mengingatkan bahwa kejujuran akan membawa seseorang ke surga, sementara dusta akan mengarah ke neraka (QS. Al-Ahzab: 24). Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya kejujuran bagi pemimpin, dengan menyatakan bahwa seorang pemimpin yang tidak jujur tidak akan mencium bau surga (HR. Bukhari).
Bahkan musuh Nabi Muhammad, seperti Abu Jahal, mengakui kejujurannya meski menolak ajarannya. Hal ini menunjukkan bahwa kejujuran adalah sifat mulia yang diakui oleh kawan maupun lawan.
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan akademik dan masyarakat, kejujuran harus selalu ditegakkan. Sebagaimana sabda Nabi, "Kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga" (HR. Bukhari dan Muslim). Kejujuran bukan hanya membawa keberkahan di dunia, tetapi juga keselamatan di akhirat.
Penulis : Syamsul Yakin & Nur Aisyah Saktiya Rahmi (Dosen & Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H