"Pesantren adalah samudera yang sangat luas yang mampu menampung segala persoalan hidup. Di pesantrenlah kita punya kesempatan yang luas untuk mengeluh dan mengadu segala persoalan agar kehidupan kita lebih baik," Iwan Fals (musisi)
Agaknya sabda Iwan Fals di atas tidaklah berlebihan. Pasalnya, selama Ramadhan tahun ini entah apa yang membuat saya memantabkan hati untuk 'sedikit' beraktifitas di pesantren setelah membaca reportase perjalanan agenda Iwan Fals dalam Tour Pesantren 2011 bersama Ki Ganjur tersebut. Awalnya, niatan saya adalah ingin membuktikan sekaligus menuai pengalaman ketika saya beraktifitas di pesantren.
Pada akhir bulan Juli 2011, saya mencoba 'berburu' beberapa pesantren yang hendak saya kunjungi dan untuk 'sementara' saya bersosialisasi dengan orang-orang di dalamnya ketika ramadhan. Di Kabupaten tempat tinggal saya, ada puluhan bahkan insya Allah sampai ratusan jumlah pesantrennya, baik pesantren dengan skala santri dan bangunannya yang kecil, sedang maupun skala besar. Ada yang dengan sistem salaf, modern bahkan sampai semi salaf dan modern-semua hampir ada di Pasuruan.
Menemukan Pesantren Top1
Setelah mencari informasi dan berbagai refrensi melalui media, jaringan pertemanan dan berbagai macam berita tentang pesantren di Pasuruan akhirnya saya jatuh hati pada pilihan pesantren yang ternyata masih berada di wilayah kecamatan dimana saya beraktifitas. Pesantren itu bernama pesantren Ngalah. Awal mulanya saya memantabkan pilihan kepada pesantren tersebut adalah ketika saya mendengar cerita dari beberapa kenalan yang nyantri sekaligus kuliah di pesantren tersebut. Beberapa cerita yang mampu memikat hati saya, adalah cerita tentang bagaimana pesantren tersebut bergaul dengan orang-oran non muslim. What, non muslim?!!! memang adakah pesantren yang begitu terbuka pergaulannya dengan non muslim. Tapi, riil... ini nyata, ya pesantren Ngalah inilah salah satunya.
Akhirnya, pilihan itu benar-benar jatuh pada pesantren Ngalah yang berada di Desa Sengonagung Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan. Pesantren dengan pengasuh KH. Sholeh Bahruddin memang unik dan sungguh menghantarkan pemahaman saya kepada rasa nasionalisme. Tak pernah terpikir sebelumnya, jika ada pesantren yang memang hampir tak menggunakan istilah-istilah arab sebagaimana pesantren pada umumnya. Sisi keindonesiaan di pesantren ini benar-benar nampak dan terasa.
Dari segi nama, pesantren ini sangat sarat akan filosofi, yaitu kata dalam bahasa Jawa "Ngalah". Pesantren yang didirikan pada tahun 1985 ini telah memiliki lembaga pendidikan formal dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi. Semua lembaga pendidikan formal tersebut berada di naungan Yayasan Darut Taqwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H