Mohon tunggu...
Ayi Jufridar
Ayi Jufridar Mohon Tunggu... -

Writer | Journalist | Reader

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Memperkuat Literasi Digital Melalui Platform Steemit

24 Oktober 2018   21:51 Diperbarui: 24 Oktober 2018   22:33 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Steemit. Sumber: www.steemit.com

***

[Steemit adalah sebuah platform berbasis blockchain dengan memberikan penghargaan berupa dua jenis mata uang kripto, yakni Steem dan Steem Blockchain Dollar (SBD) kepada pengguna yang mendapatkan kurasi dari konten.] 

Banyak yang berpendapat, Indonesia belum selesai dengan dunia literasi ketika kemajuan teknologi digital menyerbu sampai ke ruang-ruang pribadi. Akibatnya, minat baca dan tulis masih rendah, kematangan pikiran belum terbentuk, banyak warga Indonesia gagap memanfaatkan teknologi digital. Apa dampak buruknya?

Informasi hoaks mudah merasuki pikiran masyarakat (bahkan menjadi ladang bisnis) sehingga pengguna menjadi mudah terpengaruh dan mengambil kesimpulan dari informasi dan data salah. Masyarakat justru menjadi objek kepentingan politik dan ekonomi melalui informasi hoaks. Dampak lainnya adalah penyalagunaan kemajuan teknologi untuk pornografi, terorisme, dan kejahatan siber lainnya.

Dalam kondisi seperti itulah, kemajuan teknologi digital masuk. Masyarakat Indonesia semakin berjarak dengan dunia literasi konvensional (istilah apa pula ini?). Maka, bisa diihat angka penerbitan dan penjualan buku kian menurun seiring dengan menurunnya minat baca. Sekelompok orang lainnya yang sedang membangun kultur literasi konvensional, tiba-tiba harus membangun kultur literasi digital. Generasi milenial, langsung hidup dengan literasi digital tanpa sempat mengenal literasi konvensional.

Sesungguhnya, apa itu literasi digital?

Saya menemukan banyak definisi mengenai literasi, termasuk literasi digital. National Institute for Literacy, mendefinisikan literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.

Education Development Center (EDC) menempatkan literasi lebih dari sekadar kemampuan baca tulis, tetapi mencakup kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skil yang dimiliki dalam hidupnya. Dalam pandangan ini, literasi mencakup berbagai aspek seperti sosial, keuangan, data, kesehatan, dan sebagainya.

Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy  (1997), literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer.

Literasi digital adalah ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat, dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.

Saya cenderung respek dengan definisi di atas untuk memahami literasi digital dibandingkan dengan yang lain. Pada tautan di bawah, ada beberapa definisi menurut para pakar. Ini terlihat seperti skripsi mahasiswa ketika kita hanya berkutat dengan definisi dan melupakan substansial.

Kehadiran platform Steemit memperkuat pemahaman mengenai literasi digital, tidak saja bagi pengguna akun Steemit, tetapi bagi semua orang. Konten Steemit yang sangat beragam, di antaranya berisi artikel-artikel mengenai teknologi digital dan blockchain dalam berbagai bahasa, menambah pengetahuan mengena literasi digital. 

Apalagi bagi Steemians, platform ini menjadi ruh untuk memperkuat budaya literasi digital. Namun, sebagaimana buku, Steemit adalah sampul. Steemians tidak mendapatkan apa pun dari Steemit bila seluruh kegiatan yang ada tidak dilakukan.  Bahkan ketika fokus hanya pada Steem dan Steem Dollars, maka budaya literasi tidak bisa terbangun maksimal.

Seluruh aktivitas dalam dunia literasi digital menurut pakar, ada dalam aktivitas Steemians aktif. Di Steemit kita bisa mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat, dan berkomunikasi dengan orang lain.

Nah, dari semua kegiatan tersebut, apakah kita sudah maksimal melakukannya dan mengambil manfaat dari aktivitas tersebut?

Sekali lagi, jangan hanya fokus pada Steem dan Steem Blockchain Dollars (SBD) ketika kita menyebut benefit di Steemit. Di Steemit, kita bisa mengakses berbagai sumber informasi, tidak hanya terbatas dengan cryptocurrency, blockchain, dan berbagai artikel lainnya. Steemit adalah samudra yang mahaluas.

Karena itu, dibutuhkan pengelolaan yang profesional di platform Steemit. Pengelolaan berkaitan dengan akun dan sistem informasi dan hubugan lainnya. Kita berada dalam sistem blockchain yang terintegrasikan dengan banyak hal. Kemampuan menganalisa dan mengevaluasi dibutuhkan untuk mendapatkan benefit dan sukses di Steemit.  Banyak Steemians baru memiliki kini terlihat lebih eksis dibandingkan pemain lain karena adanya kemampuan analisis dan evaluasi. Mereka yang sukses selalu memperbaharui pengetahuan baru. Dinamika di Steemit sangat cepat sehingga sering tertinggal bila sehari saja tidak mengikutinya.

Kemampuan berkomunikasi---baik lisan maupun tulisan---menjadi aspek penting untuk bertahan di Steemit, dan ini adalah bagian dari budaya literasi digital. Melalui kemampuan ini kita membangun kekuatan komunitas baik di dalam maupun luar negeri. Hanya sedikit orang yang sukses sendiri di Steemit, yang banyak adalah sukses bersama komunitas.[]

 ***

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun