Ada dua sayap kehidupan yang akan menerbangkan anak manusia ke puncak ketinggian: Sabar dan syukur.
Sabar adalah sikap mental kita untuk tabah menerima kekecewaan. Tabah menerima kenyataan. Tabah untuk bersahabat dengan takdir. Sementara syukur adalah kepekaan batin kita untuk berterima kasih saat mendapat kebaikan. Jika kita berbuat baik pada seseorang, lalu orang tersebut alih-alih berterimakasih malah ngedumel, rasanya kita pengen "jitak" bolak-balik. Demikian gambarannya mengapa Allah paling tidak suka dengan orang yang kufur nikmat.
Kapan kita gunakan sikap sabar? yaitu saat kita diuji dengan musibah. Diuji dengan penderitaan. Diuji dengan penyakit.
Orang sabar tidak mengenal kamus mengeluh. Bagi mereka, mengeluh diterjemahkan sebagai komplain terhadap putusan Allah. Dan itu bukan perkara kecil.Â
Sabar ini mudah diucap, susah dilaksana. Karena susah, makanya nilainya pun sangat mahal. Tidak heran jika balasan Allah bagi orang sabar sungguh luar biasa. Begitu banyak ayat Qur'an tentang balasan untuk orang sabar, di antaranya:
Sungguh hanya orang-orang sabar yang dicukupkan pahalanya tanpa batas (Az-Zumar 10)
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar (Al-Baqarah 153)
Kesabaran itu indah (Yusuf:18)
Dan berilah kabar gembira untuk orang-orang sabar (Al-Baqarah 155)
Sepanjang sejarah manusia, orang-orang yang kuat sabar  dan tahan banting di kemudian hari biasanya akan menjadi orang hebat. Contohnya nabi Yusuf. Yusuf kecil  diuji dengan serangkaian penderitaan hidup; Ia dihadapkan dengan ancaman pembunuhan berencana. Ia dibuang ke sumur. Ditemukan oleh orang lewat. Lalu dijual belikan di pasar.Â