Mohon tunggu...
Ayi Abdurahman Sayani
Ayi Abdurahman Sayani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Akademisi

Pemikir bebas; peneliti hukum; komentator politik, olahraga, musik, fisafat, agama. No debat. Ribut secukupnya aja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesaksian atas Carut Marutnya Polemik Nasab Habib

29 Juli 2024   09:10 Diperbarui: 29 Juli 2024   19:01 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan karena nasabnya. Membangga-banggakan nasab adalah alamat orang yang defisit akal. Membangga-banggakan nasab adalah prilaku jahiliyah yang akan membuat peradaban ini mundur 500 tahun ke belakang. Imam Bukhari adalah seorang yang yang lahir di sekitaran Rusia. Jauh dari keturunan nabi. Tapi karena ilmunya, namanya tetap abadi hingga hari ini. 

Agaknya kami sudah mengendus bahwa riak-riak di atas akan terus membesar, menggelinding ibarat bola salju, dan pada gilirannya akan menjadi bom waktu. Prof. Yusril Ihza Mahendra mengajari bahwa kami harus memiliki kemampuan untuk melihat apa yang orang lain tidak lihat.

Dan benar saja toh. Per hari ini polemik tersebut menjalar dan makin tidak karu-karuan. Para elit PBNU terjebak dalam pusaran ribut nasab. Satu sama lain saling berhadapan atau "dihadap-hadapkan". Polemik ini juga kini melibatkan para pesohor publik. Tak kurang Rhoma Irama ikut bersuara. 

Dan suara Rhoma ini memiliki "gaung" yang lebih besar karena kebesaran namanya. Terbukti podcast di channel youtubnya sudah ditonton jutaan orang. Penulis sempat bertanya kepada Komisi Fatwa MUI, apakah MUI akan mengeluarkan fatwa terkait polemik ini? Jawaban MUI, sejauh ini belum ada pembahasan hal tersebut. Biar diselesaikan di internal Lembaga Bahtsul Masail saja. Demikian keterangan Komisi Fatwa.

Lalu bagaimana kira-kira akhir dari polemik nasab ini? Dalam suatu perdebatan, adakalanya dicapai suatu titik temu; ijma'/konsensus. Tapi tak jarang berakhir mauquf atau deadlock. Penulis berharap semua pihak bersikap secara lebih bermartabat. Juga melakukan evaluasi. Kami tidak setuju dengan pernyataan Ketua Rabitah Alawiyah, Habib Taufiq Assegaf, yang menyebut polemik ini seperti bau kentut yang akan hilang dengan sendirinya. Mari semua saling merefleksi diri. Dalam suatu "ribut-ribut', sebenar apapun kita pasti ada titik salahnya.

Akhirul kalam penulis mengutip kalam "Syaikh" Mahatma Gandhi: ada tiga hal yang tidak bisa disembunyikan di dunia ini; yakni matahari, bulan, dan kebenaran.

Bogor, 29 Juli 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun