Mohon tunggu...
Arif Yupiter Gulo
Arif Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Penulis-Pendeta

Penulis-Pendeta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berserah Kepada Rencana Tuhan (Kej. 15:1-6)

17 Maret 2022   15:03 Diperbarui: 19 Maret 2022   06:45 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apapun keadaan dan kondisi yang kita alami sekarang ini adalah rencana Tuhan bagi kita. Artinya kalau kita ada masalah maka kita percaya bahwa itu adalah rencana Tuhan supaya semakin dekat dengan Dia. Kalau kita bersukacita maka itu rencana Tuhan supaya kita bisa tetap yakin dan percaya kepada Tuhan. Namun, Ada banyak yang bersungut-sungut dengan keadaannya, dan banyak orang tidak berterimakasih dan bersyukur atas berkat yang diterima. Itu sebabnya tema ini mengajak kita untuk berserah kepada rencana Tuhan sebab Tuhan berkata bahwa, rancanganKu adalah damai sejahtera dan bukan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer.29:11)

Nas yang kita baca dimulai dengan percakapan melalui sebuah penglihatan kepada Abram dari Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menutup diri untuk umat-Nya, Ia selalu membuka diri untuk menghampiri umat-Nya. Hal ini terbukti kepada Abram dengan menegaskan bahwa, Jangan takut, Akulah perisaimu, upahmu besar di sorga. Tuhan meyakinkan Abram supaya tidak takut guna untuk memiliki keyakinan dan keteguhan sebab Tuhan adalah perisai yaitu penolong dengan memberikan kekuatan.

Apa yang merupakan ketakutan kita sekarang ini? Siapakah musuh kita yang membuat kita takut? Hal ini bukan bangsa lain, bukan suku lain, bukan daerah lain tetapi musuh yang kita takutkan adalah diri kita sendiri. Diri kita sendiri menjadi musuh kita satu-satunya yang sulit kita taklukan sehingga mudah kita menyakiti hati orang lain, mudah membenci dan menyimpan dendam dan mengampuni. Namun, kalau kita menyadari bahwa diri kita yang menjadi  musuh yang kita takutkan maka Tuhan akan menolong kita sehingga kita dapat mengendalikan dan menguasai hidup kita dengan mudah memaafkan dan mengampuni serta mengasihi. Daud bukan tidak bisa melawan dan mengalahkan Saul tetapi Daud menguasai dan mengendalikan dirinya sendiri. Itu sebabnya Daud berkata bahwa sekalipun aku berjalan dalam kekelaman aku tidak takut bahaya sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku. (Maz. 23:4)

Lalu, Abram merespon dengan bentuk pertanyaan kepada Tuhan: apakah yang akan engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai keturunan dan tidak mempunyai anak...Pertanyaan semacam ini kepada Tuhan sangat manusiawi, apalagi ia sudah tua. Dapat diduga bahwa Abram mulai ragu-ragu dan kuatir tentang yang akan mewarisi keluarganya. Namun, Abram menyerahkan dan menceritakan kepada Tuhan sehingga ketika ia sudah menyerahkan dan menceritakan kepada Tuhan ia bebas dari belenggu dan ia tidak tidak dikendalikan dan dikuasai oleh keraguan dan kekuatirannya itu.

Akhirnya Tuhan menjawab keraguan dan kekuatiran Abram tersebut dengan menegaskan bahwa yang mewarisi keluargamu adalah bukan Eliezer tetapi anak kandungmu sendiri yang mewarisinya. Bahkan Tuhan berjanji akan memperbanyak keturunan dengan sangat melimpah di dunia ini.

Apa yang merupakan keraguan dan kekuatiran kita? Kita ragu dan kuatir terhadap masa depan kita. Kita ragu dan kuatir usaha dan pekerjaan kita gagal dan bangkrut. Namun, kita belajar dari Abram bahwa dalam keraguan dan kekuatiran yang kita rasakan maka kita menyerahkan dan menceritakan kepada Tuhan sehingga kita bebas dan tidak dikendalikan dan dikuasai oleh keraguan dan kekuatiran kita.

Lalu kemudian percaya kepada Tuhan. Dialog Tuhan kepada Abram melalui penglihatan membuat Abarm menjadi percaya. Itu sebabnya dikatakan bahwa Abram bapak orang beriman karena ia percaya kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Bpk/ibu. Kisah salah seorang raja dengan mempunyai istri 4 orang. Raja ini kaya raya. Namun, suatu ketika raja sakit keras dan hampir mau mati. Raja memanggil satu persatu istrinya. Raja memanggil istri... Ilustrasi ini dapat akses melalui linkini.https://steemit.com/indonesia/@zamzamiali/kisah-raja-dan-4-istrinya

Dengan demikian berserah kepada rencana Tuhan ditandai dengan tidak takut dan ragu dan kuatir dengan keadaan dan kondisi yang hadapi sebab hal itu terjadi di dalam rencana Tuhan. Namun, dihadapi dengan teguh dan beriman dan percaya kepada Tuhan sebab rencana Tuhan indah pada waktunya dalam rancangan damai sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun