2. Perasaan bersalah yang berlebihan
Rasa bersalah adalah hal yang wajar, kecuali jika perasaan ini muncul terus menerus tanpa ada alasan yang jelas. Misalnya, ketika merasa bersalah atas sesuatu yang bukan menjadi tanggung jawabnya. Hal ini bisa menjadi pertanda depresi atau kecemasan akibat sering dibuat merasa bersalah di masa kecil.
3. Sulit memberikan kepercayaan (trust issue)
Mungkin waktu kecil, kamu sering kali dibohongi, dicurangi, atau dimanipulasi, ada kecenderungan untuk mempertanyakan niat orang lain. Kamu menjadi sangat mudah curiga terhadap segala hal. Ini merupakan mekanisme bertahan dari rasa sakit atau kekecewaan akibat dikhianati orang lain. Namun, kecurigaan yang berlebihan ini justru dapat merusak suatu relasi yang sehat, tidak semua orang berencana untuk berbuat jahat.
4. Ragu atau takut menetapkan dan menegakkan batasan privasi
Gen Z sering menyebut ini dengan istilah 'people pleaser'. Kamu dianggap sebagai people pleaser ketika kamu sulit mengatakan "tidak" atas permintaan orang lain yang mengganggu kenyamananmu atau di luar kuasamu.
5. Mudah marah
Marah adalah emosi yang wajar dan manusiawi. Ada banyak alasan untuk marah, mulai dari yang fatal hingga yang sepele sekalipun. Namun, ketika kamu mulai kehilangan kendali atas emosi yang kamu rasakan, ini bisa jadi  adalah tanda adanya Inner Child yang terluka akibat pada masa kecil mengalami ketidakadilan dan peristiwa lain yang membuat frustasi, tapi tidak dapat mengungkapkannya. Ada amarah yang terpendam sekian lama di alam bawah sadar.
6. Sulit untuk mengikhlaskan sesuatu
Kehilangan memang bukan hal yang manusia manapun inginkan. Sangat wajar untuk mengeluarkan perasaan akibat kehilangan; berkabung dengan menangis dalam kurun waktu tertentu, terlebih jika kamu mengalami kehilangan terbesar pertama kali pada masa kecilmu. Namun, jika kamu tetap merasa tidak bisa mengikhlaskan sesuatu setelah bertahun-tahun lamanya, ini justru akan menghambat kamu untuk menikmati hidup.
7. Takut berpendapat