Dari Kurikulum hingga Kualitas Pengajar: Problematika Pendidikan Agama Islam di SMP
Oleh :
Ayesha Sahda
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki peran krusial dalam membentuk karakter dan moral siswa di tengah tantangan globalisasi dan perkembangan teknologi. Namun, berbagai problematika muncul seperti kurikulum yang tidak responsif terhadap kebutuhan siswa, kualitas pengajar yang bervariasi, serta kurangnya intergrasi dengan ilmu pengetahuan lain.Â
Selain itu, minimnya sumber belajar yang menarik membuat proses pembelajaran menjadi kurang efektif. Dalam konteks ini, penting untung mengevaluasi dan mengembangkan solusi inovatif yang dapat meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam, sehingga siswa tidak hanya memahami ajaran agama, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.Masalah Kurikulum yang Tidak Responsif
Keterlibatan Materi Ajar
Salah satu masalah utama adalah kurikulum yang tidak responsif terhadap kebutuhan siswa. Materi yang di ajarkan sering kali terasa kaki dan tidak relevan dengan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda saat ini. Hal ini dapat membuat siswa merasa kurang tertarik dan kurang terlibat dalam pembelajaran.
2.Kualitas Pengajar yang Beragam
 Variasi dalam Pengajaran
Kualitas pengajar sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Sayangnya, tidak semua pengajar memiliki pemahaman yang mendalam tentang materi agama atau keterampilan pedagogis yang memadai. Hal ini dapat berdampak pada cara siswa memahami dan menginternalisasi ajaran agama.
3.Integrasi dengan Ilmu Pengetahuan Lain
Pemisahan antara Agama dan Ilmu Pengetahuan
Sering kali, pendidikan agama Islam terpisah dari mata pelajaran lain, sehingga siswa tidak dapat melihat hubungan antara nilai-nilai agama dan ilmu pengetahuan. Ini dapat mengakibatkan pemahaman yang sempit tentang keduanya.
4.Minimnya Sumber Belajar yang Menarik
Keterbatasan Materi Ajar
Banyak sekolah mengalami kesulitan dalam menyediakan sumber belajar yang menarik dan relevan. Keterbatasan buku dan materi ajar yang berkualitas dapat menghambat proses pembelajaran yang efektif.
Adapun solusi inovatif nya:
1.Kurikulum Fleksibel Berbasis Konteks
Salah satu solusi inovatif yang dapat diterapkan adalah Kurikulum Fleksibel Berbasis Konteks. Dalam pendekatan ini, materi ajar disesuaikan dengan kondisi sosial, budaya, dan lingkungan siswa. Misalnya, pengajaran tentang nilai-nilai Islam dapat dikaitkan dengan isu-isu lokal seperti lingkungan, toleransi, dan keadilan sosial. Dengan cara ini, siswa akan merasa lebih terhubung dengan materi yang diajarkan.
2.Program Pengembangan Profesional Berkelanjutan
Untuk meningkatkan kualitas pengajaran, sekolah dapat meluncurkan Program Pengembangan Profesional Berkelanjutan. Program ini dapat mencakup pelatihan rutin, workshop, dan seminar yang mengedukasi pengajar tentang metode pengajaran yang efektif, serta pemahaman mendalam tentang agama. Selain itu, mentor atau pembimbing yang berpengalaman dapat diundang untuk memberikan bimbingan kepada pengajar.
3.Program Interdisipliner
Implementasi Program Interdisipliner dapat menjadi solusi untuk mengintegrasikan pendidikan agama dengan mata pelajaran lain. Misalnya, dalam pelajaran sains, konsep penciptaan dapat dijelaskan dari perspektif agama. Siswa dapat diajak untuk melakukan proyek yang menggabungkan penelitian ilmiah dengan nilai-nilai Islam, seperti proyek tentang keberlanjutan lingkungan yang mengedukasi siswa tentang tanggung jawab menjaga bumi.
4.Pengembangan Platform Digital Pembelajaran
Sekolah dapat mengembangkan Platform Digital Pembelajaran yang menyediakan akses mudah ke berbagai sumber belajar, termasuk video, artikel, dan kuis interaktif. Platform ini dapat dirancang untuk mendukung pembelajaran jarak jauh dan memberikan siswa kebebasan dalam mengeksplorasi materi dengan cara yang menyenangkan.
Kesimpulan:
Pendidikan agama Islam di SMP menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kurikulum yang tidak responsif hingga kualitas pengajar yang beragam. Dengan penerapan program inovatif seperti Kurikulum Fleksibel Berbasis Konteks, Program Pengembangan Profesional Berkelanjutan, Program Interdisipliner, dan Platform Digital Pembelajaran, kita dapat menciptakan pendidikan agama yang lebih relevan, menarik, dan efektif.Â
Dengan demikian, siswa tidak hanya akan memiliki pengetahuan agama yang kuat, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari secara positif dan konstruktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H