Prolog
pada dasarnya tekanan darah selalu berubah-ubah sesuai dengan aktivitas harian tubuh. jika seseorang melakukan kegiatan atau berolahraga maka, tekanan darah akan meningkat. Kemudian pada saat istiraht atau tidur, tekanan darah akan menurun kembali. Ukuran tekanan darah pada setiap individu berbeda sesuai dengan kegiatan masing-masing. Faktor usia paling berpengaruh terhadap tekanan darah tinggi (Hipertensi) karena seiring bertambahnya usia, jika asupan makanan yang dikonsumsi pada masa sebelumnya tidak dengan gizi seimbang seperti lebih banyak konsumsi makanan tinggi garam, lemak, gula dan kalori maka, hal tersebut dapat mempengaruhi elastisitas dari pembuluh darah jantung dan menjadikan jantung bekerja keras sehingga terjadilah tekanan darah tinggi.
Tekanan darah adalah tenaga yang digunakan untuk memompa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah dibagi menjadi dua, yaitu sistolik dan diastolik. Sistolik adalah tekanan dalam pembuluh darah (arteri) yang terjadi ketika darah dipompa dari jantung ke seluruh tubuh, yaitu ketika otot jantung berkontraksi sempurna. Diastolik adalah sisa tekanan dalam pembuluh darah (arteri) saat jantung beristirahat, yaitu ketika otot jantung berelaksasi sempurna. Tekanan ini dinyatakan dalam bentuk angka pecahan. Tekanan sistolik ditulis di atas, sedangkan diastolik dibawah. Jika hasil pengukuran tekanan darah adalah 120/80 mmHg, artinya sistolik 120 dan diastolik 80.
Jantung secara terus menerus bekerja memompakan darah ke seluruh tubuh. Jika tanpa gangguan, porsi tekanan yang dibutuhkan sesuai dengan mekanisme tubuh. Namun, akan meningkat begitu ada hambatan. Inilah yang menyebabkan tekanan darah meninggi. Semakin besar hambatannya, maka tekanan darah juga akan semakin tinggi. Hal tersebut terjadi sebagai kompensasi dari jantung yang bekerja terlalu kuat.
Hipertensi kerap menjadi problematika utama pada kalangan masyarakat saat ini, apalagi sekarang hipertensi tidak hanya menjangkit orang tua yang usianya lebih dari 50 tahun saja, namun anak muda pun juga bisa terdampak hipertensi, sebab dari asupan makanan yang mereka konsumsi banyak yang mengandung tinggi garam, lemak, gula, dan kalori, seperti jajanan masa kini yang diolah dengan minyak, dimana penjual lebih mengutamakan rasa daripada kualitas dari komposisi olahannya terhadap dampak kesehatan. Hipertensi dapat menyebabkan 70% stroke dan 60,5% penyakit pada ginjal. Fenomena tersebut disebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat secara global, seperti semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji (fast food), dan rendahnya mengkonsumsi sayuran segar dan yang mengandung serat serta tingginya konsumsi garam, lemak, gula, dan kalori yang terus menerus meningkat sehingga peranan besar dalam meningkatkan kejadian hipertensi di kalangan masyarakat.
Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu kondisi penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Tekanan darah individu dengan ukuran tinggi, berat, tingkat aktivitas, dan kesehatan normal adalah 120/80 mmHg. Individu dikatakan hipertensi jika tekanan darahnya diatas 140/90 mmHg. Dampak buruknya, tekanan darah tinggi dapat merusak bagian dalam dari arteri yang kecil,, kemungkinan dapat menyebabkan pembekuan darah. Jika hal tersebut terjadi, maka dapat menyebabkan serangan jantung (jika terjadi pada jantung), kebutaan (jika terjadi pada retina mata), gagal ginjal (jika pembekuan darah terjadi di ginjal), dan stroke (jika pembekuan darah terjadi di otak).
Hipertensi merupakan gejala yang biasanya terjadi seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Penyakit ini dikenal dengan sebutan Heterogeneous Group of Disease, karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kalangan. Penderitanya secara umum lebih banyak dari kalangan pria (mulai dari usia >30 tahun hingga paruh baya) dibandingkan wanita pada renatng usia tersebut. Namun, pada rentang usia 55 sampai >60 tahun, resikonya menjadi hampir sama besar antara pria dan wanita. bahkan setelah usia >60 tahun, jumlah wanita penderita hipertensi justru lebih banyak, hal tersebut dapat terjadi karena wanita juga dilindungi oleh hormon Estrogen yang berperan dalam mengatur sistem kardiovaskular (jantung & pembuluh darah) yang mana ketika menopause, hormon tersebut akan menurun sehingga mengganggu kerja sistem kardiovaskular dalam tubuh.
Penyebab Hipertensi
Bersadarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu:
Pertama -> Hipertensi Primer, sering juga disebut dengan hipertensi Essential, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan peningkatan tekanan darah. Kemungkinan besar penyebab hipertensi primer ini, yaitu:
Faktor yang dapat diubah:
- Gaya hidup tidak sehat (mengikuti tren pada zaman kini)
- Komposisi asupan garam yang berlebihan
- Kegemukan (Obesitas)
- Kurang berolahraga (sedentari)Â
- Perokok aktif
- Pecandu alkohol
Faktor yang tidak dapat diubah:
- Jenis kelamin
- Usia
- Genetik (keturunan)
Kedua -> Hipertensi Sekunder, yaitu hipertensi yang diketahui penyebabnya. Kejadian hipertensi sekunder di dunia sekitar 10% pada seluruh populasi dan sekitar 50% dari hipertensi sekunder tersebut disebabkan oleh kelainan ginjal. Salah satu penyebabnya adalah kelainan jaringan sel didalam ginjal yang mengalami peningkatan penggunaan pada sirkulasi ginjal.
Tanda dan Gejala Hipertensi
Hipertensi sering disebut dengan "Silent Killer" (pembunuh diam-diam), karena seyogyanya tidak memiliki tanda dan gejala khas, sehingga baru diketahui setelah menimbulkan komplikasi. Hal tersebut pula diketahui setelah melakukan skrining atau mencari pelayanan kesehatan setelah merasakan adanya masalah pada tubuh
Hipertensi baru tampak jika sudah memperlihatkan adanya komplikasi pada organ lain, misalnya pada mata, ginjal, otak, dan jantung. Penderita akan mengeluhkan adanya:
- Nyeri kepala; terutama bagian belakang (tengkuk), baik berat maupun ringan
- Vertigo
- Tinnitus (rasa mendengung atau mendesis di telinga)
- Penglihatan kabur atau bahkan terjadi pingsan (Wong & Mitchel, 2007)
Penanganan Hipertensi
Tujuan utama dari penangan hipertensi adalah untuk mengendalikan tekanan darah dalam keadaan tetap stabil (normal) dan menurunkan faktor risiko (Black & Hawks, ,2009). Penanganan hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu:
- Hipertensi ringan, penanganannya yaitu dilakukan tanpa pengobatan dengan mengubah perilaku gaya hidup yang tidak sehat menjadi gaya hidup yang lebih sehat dan dipantau selama 6 - 12 bulan.
- Hipertensi berat dengan faktor risiko kerusakan organ, penanganannya dapat dilakukan dengan menggunakan terapi obat-obatan (farmakologis dengan resep dari dokter) ditambah dengan modifikasi gaya hidup dari pola hidup tidak sehat menjadi pola hidup yang lebih sehat.
British Hypertension Society for Hypertension Management (2004) dalam mempromosikan pencegahan hipertensi primer penyakit kardiovaskular dengan melakukan perubahan diet dan gaya hidup, yaitu:
- Mempertahankan berat badan dalam keadaan normal (Indeks Massa Tubuh [IMT] direntang 18,5 - 24,9 kg/m2)
- Membatasi konsumsi garam <2.400 mg. 1 gr garam dapur mengandung 387,6 mg Natrium. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam sekitar 5 gr (setara dengan 1 setengan sdt /hari)
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol kurang dari 3 unit/hari untuk pria dan kurang dari 2 unit/hari untuk wanita
- Aktivitas fisik/olahraga (misalnya jalan cepat) dilakukan lebih dari 30 menit/hari dalam 1 minggu secara teraturÂ
- Mengosumsi buah dan sayuran minimal 5 porsi perhari
- Mengurangi asupan lemak total dan jenuh
- Manajemen stress,yaitu dengan melakukan olahraga, membicarakan masalah dengan orang lain yang dipercaya, tertawa, istirahat yang cukup. Teknik relaksasi yang direkomendasikan dalam penanganan hipertensi yaitu Yoga, relaksasi Biofeedback dan fisioterapi (Grispun & Coote, 2014).
Yuk, mari sama-sama kita menjaga kesehatan jantung sedini mungkin guna menurunkan angka kesakitan (morbiditas) di dunia. Disarankan bagi penderita hipertensi untuk tetap menjaga pola hidup sehat dengan memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi dan hal-hal yang dianjurkan serta yang dilarang guna memperbaiki kondisi kesehatan bagi penderita hipertensi agar tidak memperburuk keadaan.
Referensi
Kunia, Anih. 2020. SELF-MANAGEMENT HIPERTENSI. CV. Jakad Media Publishing: Gayung Kebondari Surabaya.
Tim Bumi Medika. 2020. BERDAMAI DENGAN HIPERTENSI. Jakarta: Bumi Medika. ISBN 978-602-6711-23-6
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI