Mohon tunggu...
Hana Ramadhani
Hana Ramadhani Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyuka kopi, buku, dan petualangan.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hafal 30 Juz, Kembar Asal Amuntai Ini Ikuti Wisuda Tahfizh

16 Mei 2019   11:06 Diperbarui: 16 Mei 2019   11:10 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi penghafal al-Qur'an adalah impian kakak beradik berusia 19 tahun asal Amuntai, Kalimantan Selatan ini. Keduanya bahkan memiliki prestasi yang luar biasa, yaitu menjuarai ajang Musabaqah Hifdzil Qur'an (MHQ) kategori 25 juz putra antarprovinsi se-Indonesia.

Mereka adalah Zainu Rahim (kakak) dan Zainu Rahman (adik). Keduanya adalah santri program beasiswa. Saat ini, keduanya telah menyelesaikan 30 juz hafalan Qur'annya. Sebelum mulai intensif menghafal al-Qur'an pada 2014, mereka bergabung dengan salah satu Rumah Tahfizh di Kalimantan Selatan pada 2012.

Ditemui pada kegiatan Wisuda Tahfzih Nasional (WTN) 2019 yang diselenggarakan sebelum Ramadan di Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an, Ketapang, Cipondoh, Tangerang, Banten pada Sabtu (4/5/2019) lalu, keduanya membagi suka dukanya saat menghafal al-Qur'an.

Keduanya mengaku mendapat dukungan dan motivasi untuk menghafal al-Qur'an dari kedua orang tuanya, Abdullah (63) dan Masitah (50), sehingga bisa menyelesaikan hafalan Qur'an mereka.

"Selain itu kami memiliki motivasi menghafal yang tinggi karena ingin menjalankan perintah Allah dan Rasul; dan ingin membanggakan, membahagiakan kedua orang tua, agar di akhirat kelak kami dapat memakaikan mahkota kebesaran untuk orang tua kami, juga untuk guru-guru kami," kata sang kakak Rahim.

Lalu bagaimana cara saudara kembar ini menghafal? Keduanya ternyata memiliki target menghafal satu hari satu halaman. Sedangkan untuk murojaah, mereka lakukan sehari sebanyak dua juz. Hal ini tentunya membutuhkan tekad dan niat yang kuat. Sementara doa dan dukungan dari guru serta orang tua menjadi bahan bakar utama mereka dalam menghafal.

dokpri
dokpri

Maka hafalan mereka akhirnya membawa keduanya datang ke tanah Jawa untuk mengikuti prosesi wisuda.

"Alhamdulillah perasaan saya luar biasa setelah mengikuti WTN itu, karena saya bisa bertemu ustadz Yusuf Mansur, bisa lihat-lihat pondok (pesantren) Daarul Qur'an, dan bisa ketemu teman-teman dari berbagai daerah dengan provinsi yang berbeda-beda," ujar Rahim.

Setelah diwisuda dan hafalan al-Qur'annya mendapatkan pengakuan, apa yang lantas akan dilakukan keduanya?

"Bagi seorang penghafal Qur'an, diwisuda itu bukan akhir dari menghafal atau lulus  menghafal, lantas tidak lagi murajaah. Bukan. Tapi itu (diwisuda) justru baru awal bagi seorang penghafal al-Qur'an untuk lebih mendalami ilmu al-Qur'annya lagi," ujar sang adik, Rahman, sembari berpesan bagi sesama penghafal Qur'an lainnya.

Semoga banyak anak-anak muda lainnya yang juga termotivasi untuk menghafal al-Qur'an seperti layaknya Rahim dan Rahman. Aamiin.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun