Mohon tunggu...
sayyed BikailaRobbi
sayyed BikailaRobbi Mohon Tunggu... Dosen -

- the Good die young\r\n\r\n\r\n La Haula Wala Quwwata illa Billah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Peliharalah Jenggot Sebelum Pergi Ke Arab!

5 Juli 2011   01:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:56 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_117650" align="alignnone" width="331" caption="freestyler www.google.co.id"][/caption]

Sebelumnya saya minta maaf kepada kawan-kawan yang kebetulan ditakdirkan tidak tumbuh jenggot dibawah dagunya. Mengingat peran keberadaan jenggot sangat penting bagi karakter pria sejati, karenanya tak heran jika di negri Arab dan sekitarnya ada istilah Amrod ( julukan bagi para laki-laki feminim dan remaja yang berwajah mulus tanpa kumis dan jenggot) yang sering dijadikan objek kaum Lut dan Bisexual, seperti yang terjadi pada saudara sepupu penulis lima tahun silam (korban sekarang masih bersetatus mahasiswa di daerah Arab). Bukan cuma di Arab, di pesantren-pesantren salaf Jawa Timur pun pernah terjadi pertikaian antar warga daerah, imbas dari kecemburuan terhadap seseorang atas Amrod (bahasa pesantrennya :meril) yang kebetulan diakrabi warga daerah lainnya hingga mengakibatkan terjadinya tawuran sengit di areal pesantren.

Menurut hukum fiqih, efek keberadaan Amrod yang gemulai (baca: menggoda) lebih berbahaya daripada efek kecantikan lahir seorang wanita yang kerap membius kaum Adam. Bagaimanapun seorang wanita bisa saja menjadi halal dengan adanya akad nikah diantara yang mencinta dan dicinta. Sebaliknya, seorang Amrod tidak akan pernah dihalalkan agama sampai kapanpun bagi semua lelaki yang mencintainya.

Maka dari itu, jika anda tidak memiliki kumis dan jenggot, dan hendak berziarah ke ke Makkah atau Madinah, bersikaplah yang tegas dan agak galak (hehehe..bersikaplah sewajarnya) dan jangan terlihat lemah maupun gemulai. Seringkali sikap mengalah dan gemulai orang-orang Asia ini dijadikan kesempatan untuk memenuhi hasrat aneh para lelaki Arab yang hobi iseng. Bermula dari cara sok akrab mereka kepada kita, menawarkan jasa atau lainnya. (ingat orang Arab yang baik tetap lebih banyak – pengalaman pribadi tahun 2003 dan 2006/7-). Menurut teman yang waktu itu bertugas sebagai Temus (tenaga musiman hajji): “sebenarnya Banyak kasus-kasus asusila yang tidak terekspose media, sering terjadi di Arab saudi. Dari yang hanya menggerayangi tubuh jammah haji laki-laki sampai kisahjammaah yang sengaja dibawa kabur para sopir taksi yang iseng untuk dijadikan objek ‘kaum lut’, atau kisah para tahanan laki-laki Indonesia yang dijadikan budak sek tahanan lainnya”, maka dari itu, jika anda ingin jalan-jalan setelah melakukan ritual haji, alangkah baiknya mengambil cara yang aman, yaitu dengan mengajak saudara atau membayar guide, serta jangan mudah tertipu bujuk rayu orang yang baru anda kenal.

Kembali ke persoalan inti terkait jenggot dan kumis. Masalah ini jika ditelusuri dari perspektif fiqih Islam, maka kita akan menemukan dua kubu yang berbeda : kubu radikal dan kubu moderat.Kubu Ibnu Taimiyyah mewajibkan memotong kumis sampai tipis atau habis serta membiarkan jenggot (haram di cukur).Sementara Kubu Qadhi Iyadh mengatakan: “sunnah memotong kumis sampai habis dan memakruhkan memotong jenggot sampai habis”. Ada sekitar 78 hadis yang menjelaskan maasalah jenggot dan kumis dalam kitab-kitab hadis terkenal, baik keterangan dari riwayat yang paling valid –Bukhari dan Muslim-hingga riwayat imam-imam lainnya yang terangkum dalam kutubuttis’ah.

Wallahu A’lam Bissawab.

Hari gini nggak melihara jenggot? ... Sesungguhnya  Amrod lebih kejam dari Terroris!! (:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun