Mohon tunggu...
sayyed BikailaRobbi
sayyed BikailaRobbi Mohon Tunggu... Dosen -

- the Good die young\r\n\r\n\r\n La Haula Wala Quwwata illa Billah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adat Jawa dan Perspektif Negatif Manusia Modern

25 April 2011   03:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:26 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sekali adat Jawa yang dipandang hanya dari sisi negatif oleh mereka yang mengatasnamakan agama. seakan-akan setiap adat yang berlaku di masyarakat Jawa hanyalah sebuah kebiasaan bodoh kaum awam yang menghambur-hamburkan uang tanpa maksud mulia.


meskipun penulis bukan seratus persen produk pribumi (bukan jawa asli) tapi penulis patut mensyukuri bahwa hidup di daerah Jawa memang penuh dengan pelbagai adat istiadat positif yang patut dilestarikan masyarakatnya.


Diantara adat Jawa yang sering dipandang sebelah mata adalah sebagai berikut:


1. Nadran, Pesta laut atau sedekah laut, syukuran nadran biasanya dilakukan setahun sekali, intinya memberi makanan yang lumayan mewah untuk ikan-ikan yang berada di lautan lepas sebagai timbal balik atas nikmat yang selama ini diberikan Tuhan kepada para nelayan dari tangkapan ikan selama setahun penuh.


2. Ngupati dan Nujuh bulan. Doa bersama dan Sedekah kepada para handai tolan atas rasa syukur dari seorang ibu hamil agar diberikan kelancaran selama menjalani masa khamilnya


3. Bubur lungsur (yang ini penulis baru tahu kemarin sore). sebuah ritual sedekah bubur khusus dan minyak goreng dibagi secara terpisah. hal ini ditunjukkan sebagai permintaan sekaligus syukuran dari ibu hamil 8 bulan, agar proses melahirkan (lungsur) berjalan dengan aman dan normal.


Masih banyak adat Jawa yang mungkin tidak akan anda temukan di daerah-daerah lain. Budaya ini sungguh mulia jika memang niat orang yang menjalankannya adalah untuk bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhannya. bukankah jika manusia selalu bersyukur maka Tuhan akan terus menambah nikmat-nikmatnYa. mengapa masih saja ada yang memandang sebelah mata bahkan menganggap budaya ini jauh dari nilai keagamaan. betapa naifnya orang-orang yang mengklaim negatif budaya Jawa nan variatif ini.


Selama sebuah budaya tidak menyalahi batasan-batasan agama maka budaya itu akan terus legal dan harus kita lestarikan. Budaya merupakan jati diri sebuah bangsa jika kita membrangusnya maka hilanglah jati diri kita.


Sayangnya manusia modern jarang yang memahami budaya secara mendalam, sebaliknya mereka dengan bangganya mengimpor budaya Arab dan Barat apa adanya, karenanya tak heran sekarang orang Indonesia telah kehilangan jatidirinya. hanyut dalam radikalisme dan liberalisme budaya impor.


Miris sekali bangsa kita ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun