Gusdur dan Suharto dalam kenangan. Apa yang tersirat dalam benak kompasianer saat  memperhatikan gambar di bawah ini, dua pahlawan besar Indonesia saling menyalami satu sama lain. Rasa hormat Gusdur kepada Suharto begitu kentara, ataukah ada makna lain yang mungkin lebih tepat untuk menggambarkannya. Ingatkah kita pada ucapan Gusdur ketika ditanya oleh host Kick Andi? Dengan gaya ceplas-ceplosnya sang pembawa acara bertanya pada Gusdur, : "siapakah musuh-musuh  anda di Indonesia". Gusdur menjawab: " Musuh saya hanya satu 'Suharto', tapi itu juga sudah saya maafkan, buktinya ketika iedul fitri saya masih menyempatkan diri  untuk pergi ke cendana". Hmm... mampukah kita memiliki sifat demikian? Bukankah posisi Gusdur waktu itu adalah sebagi orang yang di dzalimi, mengapa kejadianya terbalik, Gusdur  minta maaf  secara langsung bahkan kerap mendatangi Suharto dalam rangka silaturahmi. Meminta maaf  dan mendoakan kebaikan  kepada  orang-orang yang berbuat salah adalah perbuatan yang sangat sulit kecuali bagi mereka yang memiliki hati yang lapang. Sifat ini mungkin hanya dimiliki oleh para nabi dan orang-orang pilihannya. Bagaimana dengan kita yang setiap hujatan atau kesalahfahaman  dibalas dengan sumpah serapah, caci maki termasuk menghapus komentar yang menyinggung padahal nyata dan apa adanya!.. Salam damai, dan semoga kita terinspirasi oleh sifat Gusdur Nb: pic ini saya jepret dengan hp samsung  di acara Muktamar Nu Makassar. [caption id="attachment_82999" align="aligncenter" width="500" caption="ayep2pacshkr"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H