"Setiap masa memiliki kata katanya sendiri, sebagaimana setiap zaman memiliki generasi nya sendiri. Melalui sastra Semesta kita membuat upacara kelahiran kata kata dan penciptaan dunia sekaligus. Pada galibnya, sastrawan adalah rasul pembawa berita." kesimpulannya berapi api. Lima edisi majalah sastra Semesta telah diterbitkannya, hampir dikerjakan sendirian.
Ragat Sukabumi
Dalam usianya melampaui enam puluh tahun, tubuhnya terlihat kekar berisi dengan jalan yang ringan melayang. Ia seperti senang berjalan, dengan telapak kaki yang menyentuh bumi sepenuh penuhnya. Ia mudah menyisipkan dirinya dalam kerumunan, mengetahui cermat dimana harus berada. Jari jarinya kekar, seperti sedang membawa bara.
Telah empat puluh tahun ia menjadi pembawa dan pembagi energi. Ia menghidupkan keseimbangan energi pada tubuh tubuh pasiennya untuk mengembalikan kebugaran. Tak kurang dua ratus murid muridnya menyebar di seluruh tanah air, juga menjaga keseimbangan tubuh.
"Kesehatan adalah kemerdekaan. Dan sebagaimana kemerdekaan, kesehatan adalah hak segala bangsa." katanya metaforis.
Pandangannya tentang kesehatan dan tubuh yang sederhana, justru memikat. Baginya, tak ada penyakit permanen, yang terjadi hanya ketakseimbangan. Sistem tubuh yang tak seimbanglah, yang memungkinkan berbagai anasir untuk masuk sekaligus membuat ketahanan tubuh melemah. Sehingga mengembalikan keseimbangan merupakan tujuan sekaligus cara bagi penyembuhan. Membuka seluruh aliran darah yang tersumbat, dan membiarkan alam bekerja selanjutnya.
"Ada tiga prinsip untuk memulihkan ketidakseimbangan : pertama, kita harus memahami seluruh peta tubuh dan aliran darah ; kedua, mengetahui dimana titik totok pembuka, dan ketiga, Siapa yang melakukan tindakan. Tubuh Bumi yang nanti bekerja membuat keseimbangan." katanya mencoba meringkas metoda ragat Sukabumi. Dan metoda ini, baginya, berlaku pula untuk merawat masyarakat yang sakit, serta bagaimana melakukan perubahan sosial.
Ragat artinya merawat, memelihara dan menjaga raga. Sementara sukabumi, adalah tindakan mencintai bumi dan juga daerah tempatnya berasal. Ragat Sukabumi Haji Uhud, kini berkembang menjadi gerakan akar rumput yang secara radikal menjaga ketahanan tubuh dan kesehatan jiwa.
Menyuling Ingatan
Setiap subuh Budiman melangkah menyusuri Jakarta menggunakan kendaraan pertama yang lewat. Berjalan pergi dalam gelap dan pulang gelap selepas magrib, telah dilakukannya sejak empat puluh tahun silam.
Orang tua santun dengan suara lirih ini, melakukan sesuatu yang tak terbayang dalam era banjir informasi ini. Ia seperti penjaga kesadaran yang memungut ingatan yang terbuang secara sengaja atau tak sengaja.
Menyusuri lapak lapak pembuangan untuk memperoleh buku dan informasi ikutan yang ada, serta menyalurkan kepada sasaran yang tepat, merupakan pilihan hidupnya. Ia menyuling ingatan terbuang menjadi kesadaran yang hidup. Mendorong berbagai komunitas untuk menyusunnya sebagai ilmu.