Menuju Indonesia Sejahtera, Adil dan Makmur merupakan wacana yang tiada pernah bosan untuk terus dibicarakan, ibarat sebuah kalimat yang tiada pernah bertitik. Bahkan, topik ini kerap memunculkan tanda tanya dan retorika pun termasuk di dalamnya.Â
Betapa tidak? Kesejahteraan, Keadilan, dan Kemakmuran merupakan muara dari seluruh disiplin ilmu yang dipelajari oleh umat manusia. Ilmu yang bermanfaat adalah Ilmu yang mampu membuat umat manusia yang ada di dunia ini menjadi sejahtera, adil, dan makmur.Â
Eksistensi kesenjangan ekonomi dan sosial dalam sebuah negara menjadi sebuah fakta bahwa pemahaman umat manusia terhadap Ilmu ini masih terus berkembang alias belum final. Mengapa demikian? Karena pada hakikatnya Ilmu itu adalah suatu rangkaian keterangan yang didukung oleh faktanya. Dengan Ilmu ini, manusia mengejar hakikat kebenaran, sedangkan kebenaran hakiki adalah milik Sang Pencipta.
Berbicara mengenai bangsa Indonesia, adalah berbicara tentang sekelompok manusia yang berjuang untuk mencapai kesejahteraan, keadilan, dan kemakmuran di wilayah Indonesia. Tentunya, Bangsa Indonesia ini hanya akan bisa bertahan hidup dan bisa mencapai cita-citanya bila bangsa ini mampu mengolah kekayaan alam yang ada di wilayahnya.Â
Indonesia adalah negara yang kaya akan Sumber Daya Alamnya dan fakta bahwa negara ini merupakan negara agraris adalah sesuatu yang tidak bisa dibantah. Untuk itu maka optimalisasi pengolahan sumber daya alam di bidang pertanian, peternakan dan perikanan merupakan suatu hal yang bersifat krusial dan inilah sesungguhnya yang menjadi "akar" dari pohon kemakmuran.
Bila kita mau bermetafora untuk mengilustrasikan kemakmuran Indonesia, maka dapatlah kita katakan bahwa yang demikian itu ibarat sebuah pohon yang sangat tergantung kepada pertumbuhan akarnya di media tanam yang kaya akan unsur hara. Hidup matinya pohon tersebut sangat tergantung kepada fungsional akar.Â
Begitulah, pertumbuhan sektor Pertanian, perikanan, dan peternakan sangat berpengaruh kepada pertumbuhan pohon kemakmuran itu sendiri karena mereka adalah AKAR dari POHON kemakmuran Indonesia. Secara sederhana bisa kita simpulkan bahwa KEMAKMURAN DI INDONESIA hanyalah bisa tumbuh subur bila sektor pertanian, perikanan, dan peternakan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sehat dengan salah satu indikatornya ialah meningkatnya pendapatan para petani Indonesia.Â
Sejahteranya para petani Indonesia akan berdampak sistemik kepada tumbuhnya kemakmuran Bangsa Indonesia secara masif dan hal ini merupakan suatu keniscayaan. Ke-optimis-an saya akan hal ini bukanlah imaginatif, saya bertutur karena fakta yang sudah berbicara.Â
Optimisme ini terbentuk karena syarat pertumbuhan pohon kemakmuran Indonesia sudah benar-benar tersedia. Pertanian, Perikanan, dan Peternakan merupakan "akar" dari Pohon Kemakmuran Indonesia yang pasti tumbuh karena "media tanam" nya yang hebat yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan regulasi pemerintah untuk mengeksekusi sektor pertanian perikanan dan peternakan ini menjadi bagaikan "pupuk dan nutrisi" yang memberi stimulan pertumbuhan.Â
Jadi slogan MENUJU INDONESIA SEJAHTERA, ADIL, DAN MAKMUR atau dengan bahasa lain; MENYONGSONG ERA EKONOMI BERKEADILAN, bukanlah sebuah dongeng pengantar tidur, namun slogan itu adalah sesuatu yang pasti ada dan tumbuh bila memenuhi syarat tumbuh dan termasuk di dalamnya adalah syarat kewaktuan; Kapan harus menanam dan Kapan harus memupuk dan merawat? Benar-benar yang demikian memerlukan suatu tata kelola yang mumpuni. Di sini dapat disampaikan bahwa Negara butuh orang yang tepat untuk melaksanakan hal itu.
Dalam Pidato Nota Keuangan Presiden, tanggal 16 Agustus 2017, Bpk. Joko Widodo, mengisyaratkan:Â ..."Pada tahun ketiga, Pemerintah bergerak lebih maju lagi, fokus pada kebijakan pemerataan ekonomi yang berkeadilan. Tahun 2017 ini adalah tahun kerja bersama untuk pemerataan ekonomi yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita ingin seluruh rakyat Indonesia, di seluruh pelosok tanah air bisa merasakan manfaat dari pembangunan. Rakyat di Aceh, di Papua, Pulau Miangas dan Pulau Rote bisa menikmati hasil-hasil pembangunan secara merata. Kita ingin para petani, nelayan, buruh, ulama, pedagang pasar, tokoh agama, guru, aparatur sipil negara, TNI, POLRI, pers, budayawan, mahasiswa, dan lainnya bisa bergerak bersama, maju bersama, sejahtera bersama"...
Sedangkan kemakmuran yang berkeadilan ini, berakar dari pertumbuhan sektor pertanian, perikanan, dan peternakan. Persoalan pangan menjadi persoalan yang sangat vital, hal ini diingatkan juga oleh presiden pertama kita saat peletakan batu pertama gedung IPB pada tanggal 27 April 1952 yang terus terngiang dalam memori nasional, bahwa: "...Rakyat Indonesia akan mengalami celaka, bencana, dan malapetaka, dalam waktu yang dekat kalau soal makanan rakyat tidak segera terpecahkan. Sedangkan soal makan rakyat ini bagi kita adalah soal HIDUP dan MATI..."-Ir. Soekarno.
Jadi pertanyaan kapan menanam Pohon Kemakmuran Indonesia ini? Jawabnya, oleh karena syarat tumbuhnya sudah memenuhi, maka saatnya pemerintah beserta rakyat seumumnya berjibaku menyegerakan upaya peningkatan kesejahteraan para petani melalui optimalisasi tata kelola sektor pertanian, perikanan, dan peternakan yang terintegrasi secara penuh.Â
Saya sangat meyakini bahwa hal ini pasti berhasil karena dalam skala kecil, hal ini sudah terbukti. Artinya, pola pembuktian sudah ada. Saya sangat menyadari bahwa Ilmu atau konsep yang benar adalah konsep yang didukung oleh bentuk contoh dan data lapangan. Mari optimisme kemakmuran Indonesia, kita bangun. Kita meyakini, bahwa sejatinya pohon kemakmuran itu adalah Rakyat Indonesia sendiri yang merindukan kemakmuran sesuai dengan harapan Penciptanya.
Pernyataan K.H. Ma'ruf Amin, pada saat menghadiri acara Konsolidasi Organisasi Menjelang Satu Abad Nahdlatul Ulama yang digelar di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (15/9), tidak hilang dari benak saya. Menurut Kiai Ma'ruf, berdasar pada sila kelima itulah arus baru ekonomi Indonesia akan berusaha mengikis berbagai disparitas antara kaum pemilik modal besar dengan pemodal kecil, antara produk global dan lokal, serta antara yang kaya dan yang miskin.Â
Beliau menegaskan bahwa Pada hakikatnya arus baru ekonomi Indonesia berakar dari sila kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pernyataan ini merupakan reinforcement terhadap apa yang saya yakini dan terhadap apa yang telah, sedang, dan akan saya kerjakan dalam membangun cita besar kemakmuran ini melalui peningkatan produktivitas para petani hingga 35%, dengan menggunakan temuan baru Teknologi Nutrisi Esensial yang sudah diuji coba selama satu tahun lebih di 16 provinsi dalam skala kecil dan terbukti BERHASIL.Â
Saya sangat optimis, dengan kegiatan ini, 3 sampai dengan 5 tahun ke depan, Ketahanan Pangan Nasional Indonesia akan segera terwujud. Kegiatan uji coba ini terselenggara dengan TIDAK menggunakan anggaran APBN/APBD, cukup dengan Regulasi dari pemerintah melalui instansi-instansi terkait.
H. Ayep Zaki
Pemberdaya UMKM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H