Entah,
Sudah sampai batas kemelaratan yang mana?
Bukan harta,
Sebab depositnya melimpah,
Bukan pula kebodohan,
Sebab Perguruan Tinggi dijalani,
Tapi ini soal kemelaratan yang lain.
Tentang ritual-ritual suap yang dibuat redam,
Tentang sederatan serangan fajar lima puluh ribuan,
Ini tentang kemelaratan pikiran,
Kemelaratan moral,
Yang sudah lama tergadaikan,
Yang selalu terulang dalam siklus lima tahunan.
Apakah sangkut paut air sungai dan kursi DPR?
Berendam dialiran yang dikeramatkan,
Mendatangi para pemilik pusaka yang dituahkan,
Inilah kemelaratan yang lainnya,
Ketika kekuasaan telah di-Tuhan-kan,
Segala cara ditempuh diterjang biar menang.
Masih tentang kemelaratan calon pemimpin negeri,
Haruskah kita tertipu lagi?
Tertipu dengan rayuan bodong berakhir kosong?
Mendatangi 'kawula alit' diimingi duit.
Bagaimana negeri tidak semakin sakit?
Jika rakyatnya sendiri berpikirnya sempit?
Ada uang pilihan jatuh melayang,
Tak ada uang hak suara dihilangkan.
Jika lima menit adalah nasib hingga lima tahun lagi,
Masihkah akan diam?
Masihkah akan gampangan?
Masihkan ikut caleg pepohonan?
Yang gambarnya sering ditempel ditiang jalanan?
Yang menjadi benalu di masa depan.
Masihkah?
Masihkah,
Ada keajaiban?
Jawabnya ada di kertas suara.
Ritual 50sen
BraemarHill, 13 March 2014 22:35
*Ay
foto: fsqfeunlam12.blogspot
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H