Mohon tunggu...
Ayda Idaa
Ayda Idaa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pembelajar yang tidak ada hentinya. Singkatnya, I am absolutely just a lady. Salam rahayu. www.aydaidaa.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Anak-anak "Menampar" Wajah Pak Menteri

16 Mei 2014   00:12 Diperbarui: 4 April 2017   16:53 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sering bermimpi, jika saya adalah Pak Menteri yang terhormat. Mungkin dengan sedikit bentakan saya bisa menekan pengadakaan fasilitas untuk mereka dengan memanfaatkan kewenangan sebagai pejabat. Atau jika saya anak dari Pak Menteri, mungkin bisa merayu dan merengek. Tapi nyatanya saya harus kembali kepada realita kehidupan, mengiris hati rasanya. Ini hanya potret kecil.

Bapak Menteri, yang hatinya mulia penuh empati dan cinta. Saya ingin mengurai benang kusut kabar dari SD. YPPGI Tobanapme Kampung Kemiri , Distrik Makki Kabupaten Lanny Jaya dengan kota terdekatnya Wamena. Sekolah Dasar ini memiliki murid sejumlah 126 siswa dari kelas 1-6. Namun, sesuatu yang mengejutkan dan sangat menyayat hati adalah HANYA SEKITAR 20 siswa saja yang memiliki seragam sekolah. Selebihnya mereka hanya berpakaian seadanya jika ke sekolah. Dan, yang bapak perlu ketahui rata-rata mereka harus berjalan kaki sekitar 30-1 jam untuk bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Mereka melakukannya setiap hari dengan semangat belajar yang luar biasa. Mereka masih membantu orang tua bercocok tanam di ladang, mencari kayu bakar, mereka menjadi anak-anak tangkas keluar masuk hutan. Saya perlu menegaskan bahwa hampir 90% mereka TIDAK MEMAKAI ALAS KAKI BERUPA SANDAL ATAUPUN SEPATU. Jangankan sepatu yang harganya lebih mahal, seragam dengan harga Rp. 100.000,00 (Harga Wamena) per stel saja mereka kesulitan. Saya pernah membandingkan harga seragam tersebut dengan Jawa, sangat berbeda jauh selisihnya. Sulitnya medan dan tidak mendukungnya transportasi menjadi penyebab utama. Lihat, Pak. Adik-adik ini begitu antusias dengan belajar, bukan?

[caption id="attachment_307095" align="alignnone" width="960" caption="Adik-adik sedang belajar mengenai bagian-bagian tumbuhan. Foto: Maruntung Sihombing"]

14001269771690462946
14001269771690462946
[/caption]

[caption id="attachment_307096" align="alignnone" width="960" caption="Tim sepak bola kebanggaan SD. Tobanapme Foto: Maruntung Sihombing"]

1400127097984313369
1400127097984313369
[/caption]

[caption id="attachment_307097" align="alignnone" width="720" caption="Adik-adik dengan hasil kerajinan tangannya. Foto : Maruntung Sihombing"]

1400127795280904842
1400127795280904842
[/caption]

[caption id="attachment_307098" align="alignnone" width="960" caption="Sudut Baca, pojok kelas sebagai perpustakaan mini. Foto : Maruntung Sihombing"]

1400127915533206453
1400127915533206453
[/caption]

Itulah sebagian kecil hasil kreativitas mereka, Pak. Sayang sekali jika mereka harus berhenti sampai disana, terkurung dalam kesenjangan yang Njungkir Balik. Padahal Papua adalah pulau yang kaya, penyumbang devisa atas pertambangan emasnya. Surga Dari Timur, rasanya sebutan itu hanyalah sebatas sebutan. Tidak ada faktanya bahwa kehidupan para pribumi bagaikan surga. Setiap kali melihat adik-adik hati ini semakin hancur, miris. Bukan acuh terhadap permasalahan yang lain, tetapi pendidikan sekolah dasar adalah pintu gerbang paling penting. Yang Utama. Jika sekolah dasar saja tidak kita perhatikan dengan sungguh-sungguh bagaimana mungkin mereka akan mengejar ketinggalan kemajuan daerah lain? Saya sungguh tidak berani membandingkannya dengan Negara Asia yang lain, hanya cukup membandingkannya dengan Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung, Medan, Denpasar, Yogya, Semarang dan kota lainnya. Tidakkah selama ini pendidikan dan penyesuaian kurikulum hanya diprioritaskan bagi adik-adik di kota besar saja? Bagaimana mereka yang tertinggalkan? Bandingkan foto peserta UAN SMA ini dengan tempat yang saya sebutkan.

[caption id="attachment_307099" align="alignnone" width="960" caption="Suasana UAN di Distrik Makki, ketika Sdr. Maruntung menjadi pengawas ujian. Foto: Maruntung Sihombing"]

14001284511799880699
14001284511799880699
[/caption]

Kembali kepada adik-adik sekolah dasar. Bapak Menteri yang berwibawa, Insya Allah hatinya lapang luar biasa. Mari kita tengok sejenak ruang kelas mereka. Saya menunduk, menghaturkan santun dan sisa tangis yang tak tertahan.

[caption id="attachment_307100" align="alignnone" width="960" caption="Suasana belajar mengajar. Foto: Maruntung Sihombing"]

1400128653677322647
1400128653677322647
[/caption]

[caption id="attachment_307103" align="alignnone" width="960" caption="Adik-adik sedang belajar di bawah atap yang rusak. Foto: Maruntung Sihombing"]

1400128745546111754
1400128745546111754
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun